Tuesday, December 9, 2008

Di Persimpangan Jalan…………………

Arya dan Kinanthi, sebut saja begitu, lima bulan lagi rencananya mau menikah. Tapi akhir-akhir ini kegamangan justru melanda Kinanthi. Berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya. Benarkah keputusannya untuk menikahi Arya? Apakah dia sudah betul-betul tau dan yakin dengan Arya? Mampukah dia untuk hidup bersama Arya?

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul bukan tanpa sebab. Pemicunya adalah akhir-akhir ini Kinanthi seperti kehilangan Arya. Bukan hanya fisiknya tapi juga sampai di rasanya. Memang akhir-akhir ini Arya jarang sekali menemuinya. Jangankan ketemu, telpon bahkan sms pun jarang. Kinanthi masih berusaha mempercayai alasan Arya. Bahwa dia harus konsentrasi, mengerahkan seluruh tenaga, mencari uang untuk pernikahan dan hidup mereka ke depan.


Sebenarnya sifat Arya yang workaholic sudah Kinanthi ketahui sejak lama. Kinanthi terkadang bahkan sampai cemburu pada pekerjaan Arya. Terkadang Kinanthi berharap ada sms atau telpon tanda perhatian. Tapi apa lacur, Arya bukan tipe orang yang suka membanjiri kekasihnya dengan sms dan telpon romantis. Dalam satu minggu bisa dihitung dengan jari berapa kali Arya sms dan telpon. Arya lebih suka datang, walaupun tentu saja frekuensinya bisa dihitung dengan jari. Tapi paling tidak Kinanthi sudah hafal jadwal rutin Arya datang. Tiap lima hari sekali. “Lima hari adalah batas kemampuanku menahan rindu”, kata Arya suatu ketika. Baginya memastikan Kinanthi dalam keadaan baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup.

Tapi kini, frekuensi kedatangan Arya melorot tajam. Dari 5 hari menjadi 2 minggu sekali. Dan ketika bertemu, mereka menjadi orang asing. Dan disinilah permasalahan dimulai. Kinanthi mulai sering menyanyikan everytime-nya yu Britney Spears.

Notice me
Take my hand
Why are we
Strangers when
Our love is strong
Why carry on without me…

Pertanyaan sederhana yang meluncur dari mulut Kinanthi adalah :
“Ketika kau menyadari bahwa kau tak tau apa-apa tentang sepakbola, masihkah kau berani menjadi pelatih sepakbola?”

Uh, sadis kali pertanyaannya……………

Untuk dapat terbang, seorang manusia harus berpasangan dengan seorang manusia yang lain, karena ia hanya punya satu sayap, sehingga ia harus melengkapinya dengan sayap milik seorang yang lain (Lusiano Crescenzo tentang pernikahan).

Tapi bagaimana bisa terbang jika kedua sayap tak lagi kompak…..????

Teman, ada yang punya solusi?

Catt :
Thanx to Kinanthi yang perbolehkan kisahnya untuk jadi lesson learned di blog ini……….

No comments:

Post a Comment