Sunday, January 24, 2010

Rindu Sang Pembebas



Aku rindu…
Maka kumasuki gerbang dengan basmalah, mengharap kutemukan jejakmu ada
Aku rindu…
Maka kusambut lengking tawa mak lampir yang menyapa
Aku rindu…
Maka kutitip perih pada denting pecah belah yang riuh dalam tingkap tawar para penjaja
Aku rindu…
Maka kukabarkan pada lumba-lumba yang memamerkan senyum magis merayu belai sorak penonton tanpa jeda
Aku rindu…
Maka kuputar harap pada komedi putar yang rancak gasingnya memabukkan kendali jiwa
Aku rindu…
Maka pada lambai aneka kain yang mengikut angin kutitip pinta
Aku rindu…
Maka pada gores canting yang memaku warna kulukis asa

Tlah kudatangi setiap sudut sekaten ini,
Mengapa tak kulihat jejakmu ada…………

Tapi aku rindu…
Maka aku memilih untuk berdiri di sini, untuk setia…

-Sajak rindu sekaten tempo doeloe- Selengkapnya...

Friday, January 1, 2010

Long Journey : Rindu Cahaya


“Nduk, Cah Ayu, tahu tho kenapa kupanggil kemari.”

“Maafkan saya, Guru..”

Nduk, Kinanthi, aku tahu. Bebanmu berat. Ada banyak tuntutan dari sekelilingmu. Ada banyak yang datang menggodamu. Tapi kau harus ingat, ada tugas mulia menantimu..”

“Saya masih mengingatnya dengan jelas, Guru. Saya akui, terkadang saya lelah menahannya dan tergoda untuk menjauh. Maafkan saya…”

“Ra popo Nduk, aku bisa memahaminya. Rasa manusiamu seringkali membuatmu lemah. Tapi percayalah, semua yang terjadi bukan salahmu. Takdir menggariskannya seperti itu.”

“Satu yang harus kau pahami. Setiap kalian mengemban tugas masing-masing. Dan semua sudah disesuaikan dengan jalan yang kalian pilih. Jadi, tak perlu kau merasa tidak enak hati. Semua sudah diatur dalam Kitab Kehidupan. Perbanyaklah dzikir, perbaiki sholatmu. Engkau tahu, justru karena itulah yang membuatmu berbeda dari yang lain. Dan karena itulah kau dipilih untuk tugas itu..”

“Apakah sudah saatnya dia datang, Guru…”

“Aku tidak ingin mendahului kehendak Tuhan. Tapi kulihat cahayanya semakin terang. Sudah saatnya kau mempersiapkan diri…”

“Baik, Guru. Apakah ada yang khusus harus saya lakukan, Guru…?”

“Tidak, Asmaul Husna akan menuntunmu. Beningkan saja fikir dan jiwamu, agar kau mudah membaca pertanda dari-Nya..”

“Baik, Guru. Saya pamit dulu………”

…………………………………………………………………………………………..

Tuhan betapa aku malu
Atas semua yang Kau beri
Padahal diriku terlalu sering membuat-Mu kecewa

Entah mungkin karena ku terlena
Sementara Engkau beri aku kesempatan
berulangkali agar aku kembali

Dalam fitrahku sebagai manusia untuk menghambakan-Mu
Betapa tak ada apa-apanya
Aku di hadapan-Mu

Aku ingin mencintai-Mu
Setulusnya, sebenar-benar aku cinta
Dalam Doa dalam ucapan
Dalam setiap langkahku

Aku ingin mendekati-Mu
Selamanya, sehina apapun diriku
Ku berharap untuk bertemu dengan-Mu
Ya Rabbi…….

(taken from “Muhasabah Cinta”)


Selengkapnya...