Monday, December 28, 2009

Kriminologi Cinta I

Mengharap Cinta
Lirik by Lintang Fajar

Ku mengharapkan bahagia dalam cinta
Ku mengharapkan ketenangan dalam cinta

Ku mengharapkan ketulusan dalam cinta
Ku mengharapkan kejujuran dalam cinta

Reff
Kuharapkan kemurnian, keikhlasan dalam cinta
Tak ku harapkan kepalsuan mewarnai dalam cinta

Chorus
Setiap orang berhak bahagia
Setiap orang berhak rasakan cinta..

Setiap orang tak inginkan kecewa
Setiap orang tak inginkan terluka…

Berikan murninya cinta
Berikan tulusnya cinta
Berikan ikhlasnya cinta

Cinta yang meneduhkan,
Cinta yang memberikan rasa bahagia di dalam jiwa


Back to reff
Ku harapkan kemurnian, keikhlasan dalam cinta
Tak kuharapkan kepalsuan mewarnai dalam cinta

Ku harapkan kemurnian, keikhlasan dalam cinta
Tak kuharapkan kepalsuan mewarnai dalam cinta

Ku percaya cinta ada
Ku percaya hadirnya nyata
Ku percaya cinta ada
Ku percaya hadirnya nyata
Ku percaya cinta ada
Ku percaya hadirnya nyata…………….


Add.

* Satu persembahan untuk seorang teman yang baru saja menyelesaikan mata kuliah gratis “kriminologi cinta” bab 25, “pengkhianatan facebook” . Tapi percayalah, semua laki-laki baik di muka bumi ini. Kebetulan ja di satu fase hidup kita sempat dipertemukan dengan sisi lain hidupnya yang nggak baik..:)

* Terkadang kita perlu dibenturkan untuk tetap sadar bahwa kita tidak boleh berpuas diri dengan kualitas kita sekarang. Masih ingat dengan kisah para pahlawan? Setiap pahlawan selalu didampingi oleh satu atau dua wanita agung di sampingnya. Ibunya, istrinya atau dua-duanya. Nah, mungkin ini adalah cara Allah untuk menunjukkan bahwa kita masih harus belajar lebih banyak lagi untuk masuk dalam kategori wanita agung itu. Tapi percayalah, tak kan sia-sia setiap titik air mata dan kedongkolan luar biasa yang terlalui beberapa saat lalu. Dan yang pasti, dia bukanlah sosok yang masuk dalam kategori pahlawan itu. Karena pahlawan tidak akan pernah main-main dengan komitmen.

* Santai dulu ja Jeng. Ambil napas dulu. Ambil jeda untuk lebih dekat dengan-Nya. Biarkan semuanya mengalir dulu. Percayalah, ini hanya masalah waktu. Di saat yang tepat, seorang pahlawan akan datang menjemputmu…


Selengkapnya...

Friday, August 21, 2009

Karena Malam Pasti Kan Berganti Fajar


“Ass. O, apa karena kami mendzalimimu sehingga hidup kami susah. Maafkan kami….”

Sejenak saya tertegun membaca pesan pendek yang dikirim salah satu teman. Begitu berat beban yang dipikulnya. Bahkan ketika saya sudah menganggap apa yang terjadi sebagai satu bentuk kewajaran hidup, dia masih membawa beban itu sepanjang hari-harinya.

Harus jawab apa ya. Akhirnya jawaban inilah yang terkirim, “Berdoalah yang terbaik. Malam tak kan selamanya kan. Fajar pasti datang. Sttttt, kita sedang digembleng biar segera naik kelas…..”


Saya fikir jawaban itu mampu menghentikannya. Ternyata dia menyambung ceritanya dengan deretan peristiwa yang membuat saya bergidik. Masya Allah, andai saya di dekatnya akan saya nyanyikan keras-keras Jangan Menyerah-nya D’Masiv.

“Insya Allah selalu ada doa terbaik untuk kalian. Saya yakin kalian bisa bangkit cepat. Just believe it”.

Kata-kata itu saja akhirnya yang terkirim. Karena saya tak tau lagi harus berkata apa.

“Terima kasih, amiiin. Semoga ALLAH bahagiakanmu…WE miss u…”

Belum semenit saya bernapas lega, tiba-tiba satu pesan masuk lagi. Ah, semoga kabar baik…

“Jeng Ona, maafkan. Aku nggak jadi ikut ya. Ada masalah yang harus kuselesaikan dengan suamiku. Lagi tegangan tinggi nih. Semoga lancar acaranya. Doakan juga, semoga segera adem keluarga kecilku”.

Yah, lagi-lagi masalah. Heran, dua hari ini topic yang sering masuk adalah masalah keluarga. Mulai dari yang sekedar cerita, sampai yang minta bantuan solusi. Yang sudah nikah sebenarnya siapa coba. Mestinya mereka kan yang lebih pengalaman. Lha wong sudah menjalani. Alasan mereka pun sering klasik ketika saya coba mengelak dengan alasan rung duwe pengalaman. “Justru kami membutuhkan side opinion dari yang fresh, Jeng. Yang belum terkontaminasi….” Halah……………………..

Dunia, dunia. Seumpama panggung sandiwara yang penuh dengan cerita. Senang, sedih, silih berganti tiada henti. Lantas, mestikah kita menyerah ketika kita ada di masa menguras airmata? Semestinya tidak. Jika menyerah pilihan kita, tak kan pernah kita lihat indah fajar pagi menjelang setelah pekatnya malam. Ya kan…

Masalah. Tak kan pernah habis ketika kita bicara masalah. Begitu pandai kita mengurai masalah. Mulai dari yang benar-benar ada, tampak nyata, yang samar, tersembunyi, sampai yang sebenarnya nihil tapi kemudian diada-adakan untuk kepentingan tertentu. Apapun itu, tetap saja masalah akan menimbulkan dampak bagi siapapun yang mendapat sampur kehormatan atasnya.

Beberapa waktu lalu, iseng saya “memaksa” beberapa teman bicara tentang masalah. Penyemangat apa yang membuat mereka bangkit. Nah, beberapa teman menuliskan kata-kata yang seringkali mereka gunakan untuk menyemangati diri untuk bangkit. Yuk kita intip apa kata mereka….

Masalah, jangan ditaruh di punggung hingga jadi beban yang memberatkan. Masalah, taruhlah di bawah sebagai pijakan ( A dari Aa’ Gym)

Jadilah seperti bamboo. Jika ditimpa angin keras, ia ikut kemana angin bertiup. Tapi itu dilakukan untuk kemudian tegak berdiri lagi. Batang bamboo tetap lurus walaupun ia sering meliukkan tubuhnya… (B dari Ustadz Syatori)

Allah memberi pelangi di setiap badai, senyum di setiap air mata, lagu indah di setiap hembusan napas, berkah di setiap cobaan, dan jawaban indah di setiap doa (M entah dari mana)

Setiap masalah memiliki benih-benih dari solusinya sendiri. Kalau kita tidak memiliki masalah apapun, kita takkan mendapatkan benih apapun (Y entah dari mana)

Anak-anak punya pelajaran yang seharusnya dipelajari oleh orang dewasa. Agar tidak merasa malu bila gagal, melainkan bangun dan mencoba lagi (M dari Malcolm X)

Jangan tanya kapan, tapi keajaiban akan datang menghampiri orang yang selalu melakukan yang terbaik, buat dirinya sendiri maupun orang lain (H dari Hellen Keller)

Perbedaan antara hambatan dan kesempatan terletak pada sikap kita dalam memandangnya. Selalu ada kesulitan dalam kesempatan dan selalu ada kesempatan dalam setiap kesulitan (E entah dari mana)

Jadikan pelangi kehidupan lebih indah dengan menyempurnakan ikhtiar dan memanjangkan doa, menatap masa depan dengan langkah sempurna, memandang masalah dengan ketegaran, memetik kesempatan dengan kesungguhan, menyusuri tikungan perjalanan dengan lentera kesabaran. Sesungguhnya Allah telah menetapkan segala sesuatu untuk hambanya. Bekerjalah terus, maka Allah akan memudahkan (A entah dari mana)

Kesalahan terbesar yang pernah dibuat seseorang adalah takut membuat kesalahan. Just do what should you do (E entah dari mana)

Patient means we accept and submit in God willingness and keep do the best (A entah dari mana)

Mereka yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki yang terbaik dari segala sesuatu. Mereka hanya mengoptimalkan segala sesuatu yang datang dalam perjalanan hidup mereka. Masa depan yang paling gemilang akan selalu dapat diraih dengan melupakan masa lalu yang kelabu. Engkau tidak akan dapat maju dalam hidup hingga engkau melepaskan segala kegagalan dan sakit hatimu (C entah dari mana)

Itu beberapa kata-kata penyemangat teman-teman saya yang sempat saya catat. Intinya menurut saya, apapun masalahnya, siapapun Anda, jangan menyerah. Akan indah pada waktunya. I believe… Allah memberikan apa yang kita perlukan. Mungkin yang diberikan pada kita adalah ulat bulu., bukan kucing siam seperti yang kita minta. Tapi jika kita mampu bersabar, akan kita dapatkan kupu-kupu yang bukan saja cantik, tapi punya kemanfaatan besar untuk alam semesta... (hehe…ini nasehat untuk diri sendiri lebih tepatnya).

Nah, bagaimana dengan Anda..? Let’s share………..

add.
marhaban ya ramadhan. semoga terlepas segala jerat masalah yang mengungkung jiwa. selamat berpuasa, mohon maaf untuk semua khilaf...

Selengkapnya...

Sunday, August 2, 2009

Creative Theme Day #3 : The Mahkota Dewa, 100% Creative Indonesia

Apa kabar teman-teman. Seminggu sudah saya dan 74 rekan yang lain dikarantina di Wisma Batik Yogyakarta. Ceritanya, kami mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Disnakertrans Propinsi DIY yang bertajuk Bimbingan Teknis untuk “Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional”. Nah, tepat di hari ke-8 inilah kami diperbolehkan pulang. Hmm, dunia, I’m back……

Banyak hal yang kami dapatkan selama seminggu ini. Salah satu moment paling berkesan adalah ketika kami berkunjung ke seorang pengusaha kreatif di Kulon Progo, yang telah berhasil membawa produk obat tradisional Indonesia ke dunia internasional. Cerita menarik tentang beliau, tersaji lengkap dalam rangka mendukung “Creative Theme Day : 100% Creative Indonesia”.

Pukul 08.45, bus yang membawa rombongan anak-anak TKPMP ini meluncur meninggalkan Wisma Batik. Perjalanan 45 menit, sampailah kami ke tempat tujuan. Sempat saya tebak-tebakan dengan seorang teman, apa yang pertama kali akan kami lihat di rumah beliau. Teman saya mengatakan, “halah, paling yo sama aja dengan tempat pengrajin yang lain. Berantakan dan semrawut.”

“Kalau begitu, aku nebak sebaliknya. Kita akan melihat hal yang sensational”, saya memilih vis a vis, berseberangan dengan teman saya.

Sampai di sana, mata kami terbelalak. Kami disuguhi pemandangan yang tak pernah terlintas di otak kami. wow, ini mah sangat sensational. Harley Davidson di depan rumah nampak angkuh menyambut kami. Bukan hanya itu saja. Beberapa ekor kuda cantik langsung merebut perhatian kami. Saya langsung teringat pada “Jimbron, Aray dan Ikal”, 3 tokoh dalam “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata. Mungkin reaksi kami tak seheboh reaksi mereka saat melihat Pangeran Mustika Raja Brana dan 6 kuda lain didatangkan Capo dari Australia. Tapi yakinlah, kami terlihat sangat “ndeso”. Mulut melongo seperti tak pernah melihat kuda sebelumnya. Padahal di Jogja kuda juga banyak berkeliaran. Tapi ini memang jenis kuda yang berbeda. So wonderful…
.

Ketika kami masih terpaku mengagumi kuda-kuda cantik dan Harley Davidson, tiba-tiba muncul sosok sederhana bersunggingkan senyuman ramah. Dengan jabat tangan erat, disambutnya kami penuh kasih. Waduh, pikiran kami serasa dibalik-balik dengan cepat. Kuda dan Harley adalah lambang kemakmuran. Tapi sejurus kemudian, kesederhaanlah yang kami dapati.

Haji Maryono. Sosok sederhana inilah yang telah berhasil membawa produk obat tradisional Indonesia ke dunia internasional. Teh Mahkota Dew
a. Ya, produk inilah yang dikembangkan oleh beliau. Di bawah bendera “Salama Nusantara” beliau menyebarkan produk obat tradisional ini ke berbagai belahan dunia.


Semua berawal dari keinginan yang kuat. Ketika kau menginginkan sesuatu dengan segenap dirimu, maka seluruh alam semesta akan bersatu membantumu meraihnya. Dan Allah tinggal berkata, Kun fayakun. Mungkin seperti itulah gambarannya. Pak Maryono punya keinginan kuat mengembangkan kemandirian masyarakat berbasis potensi local. Keinginan kuat itu terus dikumandangkan ke semesta. Akhirnya, satu persatu jalanpun terbuka. Mulai dari gerakan penghijauan Bukit Menorah dengan Mahkota Dewa yang dilakukan oleh satu LSM, mendapat ilmu tentang khasiat mahkota dewa di Gramedia, bertemu professor yang memberikan landas teori, bertemu dengan lembaga pemberdayaan masyarakat yang mendampingi secara praksisnya, bertemu dengan orang-orang yang memberikan kepercayaan penuh pada beliau.

Singkat cerita, tangan kreatif itu terus bergerak. Menebarkan kesehatan pada banyak orang, menawarkan kesembuhan pada banyak penyakit. Bukan perkara mudah, karena beliau juga harus membayar harganya. Menerjemahkan ide-ide pemasaran liar yang berkecamuk di kepala ke dataran riil. Mengirim paket Mahkota Dewa pada Gus Dur dan berbagai tokoh yang lain, artis, dan orang-orang berpengaruh yang lainnya adalah contoh keliaran ide beliau. Bisa dibayangkan, begitu pucuknya kena, maka tinggal tunggu waktu saja untuk memanen hasilnya.


Kegigihan, keuletan, keberanian, kesabaran dan kesetiaan pada keyakinan akhirnya mengantar beliau pada kehidupan yang sebelumnya tak pernah dibayangkan. Menyentuh tingginya langit, namun kaki tetap berpijak di bumi. Saya kira apa yang beliau lakukan adalah satu dari sekian banyak karya kreatif anak bangsa. Karya kreatif 100% Indonesia. Bagaimana menurut Anda….?

Catt.
 Tribute to insan kreatif Indonesia
 Selamat untuk lahirnya PPMY
 3 hari menjelang Jogja Fashion Week 2009
 Dipersembahkan untuk Creative Theme Day

Creative Theme Day
Selengkapnya...

Saturday, July 25, 2009

Never Ending Learning

Shelter Kridosono Bus Trans Jogja

“Lho, kok lebar sekali Mas. Mosok saya harus lompat. Aman nggak”, tanya saya diliputi keheranan. Tidak biasanya posisi transit Bus Trans Jogja seperti itu.

“Maaf Mba, harap maklum. Sopir baru. Baru latihan. Saya jaga kok. Insya Allah aman”, sang pramugara berusaha meyakinkan saya. Terpaksa saya melompati jarak selebar hampir satu meter.

“Di Trans Jogja juga ada PAW tho Mas. Seperti anggota DPR saja”, tanya saya asal.

“Ah, Mbak itu ada-ada saja. Ini memang ada penambahan kru baru Mbak. Untuk persiapan penambahan jalur Trans Jogja”, jawab Mas Pramugara. Maka perjalanan selanjutnya adalah mengikuti asyiknya proses belajar Pak Sopir baru.


Shelter Mandala Krida

“Masih kurang dekat ya Di. Kurang berapa kira-kira”, tanya Pak Sopir.

“Masih kurang banyak Pak. Tiga puluh centi lagi kira-kira. Asal di awal dipaskan dengan jalur putih, biasanya pas kok Pak”, jawab Mas Pramugara.

“Wah, aku masih takut Di. Takut malah kebablasen”, Pak Sopir beralasan.

“Nggak apa-apa Pak. Lama-lama nanti juga terbiasa kok. Di awal dulu sopir yang lain juga seperti itu. Takut terlampau mepet. Tapi lama-lama akhirnya bisa merasakan dengan sendirinya. Pasnya ada di mana”, Mas Pramugara berusaha membesarkan hati Pak Sopir baru.

Saya tersenyum mendengar perbincangan mereka. Tidak salah perusahaan memilih Mas Pramugara itu untuk mendampingi proses belajar Pak Sopir Baru. Tidak mudah lho menemukan pelatih sesabar itu. Yang mendampingi tanpa menggurui. Yang memberi solusi tanpa mencaci.

Pak Sopir baru terus belajar menguasai medan. Mas Pramugara setia mendampingi. Saya, akhirnya memilih bergabung bersama mereka. Menyemangati Pak Sopir yang sedang belajar. Tertawa bersama, khawatir bersama, dan ternyata sangat mengasyikkan. Bus yang hanya berisikan lima penumpang membuat suasana justru menjadi semakin gayeng. Entah, sepertinya Sang Pengatur sengaja memberi kesempatan pada kami untuk menikmati perjalanan exlusive ini.

He, saya jadi ingat proses belajar ketika membangun blog ini. Tertawa sendiri ketika menemui jalan buntu, bertepuk tangan sendiri ketika berhasil memasang fasilitas read more (fasilitas pertama yang berhasil saya pasang), manyun sendiri ketika tak jua berhasil mencari kode html dan banyak kelucuan yang lain. Sayangnya saya sendirian saja menikmatinya. Tak ada Pak Sopir, Mas Pramugara dan empat penumpang lain yang memberi support (lho, apa hubungannya… ). Tapi, ketika akhirnya berhasil melewati prosesnya, rasanya exciting banget. Meski proses itu masih harus berlanjut, karena perjalanan belum berakhir. Bahkan baru saja dimulai….

Tak terasa sembilan shelter sudah kami lewati. Pelan tapi pasti Pak Sopir membuat kemajuan dalam proses belajarnya. Tepat di shelter ke-10, saya harus pamit undur dari proses belajar ini. Dan saya bahagia sekali, karena Pak Sopir baru memberikan hadiah indah. Beliau berhasil menempatkan bus di jalur transit dengan sempurna. Kami bertepuk tangan untuk capaian ini.

Hmm, jalanan memang menyediakan banyak hal yang bisa diambil hikmahnya. Untuk siapa saja yang mau dan mampu mengambil peluangnya tentu saja. Karena tak semua orang mau dan mampu melakukannya. Meskipun peluang itu begitu besar terpampang di depan mata. Ada yang mau tapi tidak mampu. Ada pula yang mampu tapi tidak mau. Akhirnya kembali ke pilihan masing-masing.

Nah, proses menarik apa yang Anda temukan di jalanan hari ini? Mari berbagi….


Selengkapnya...

Tuesday, July 14, 2009

Manajemen Stress Rasa Gado-gado


“Hmm, tekanan darah 125. Tensi 39. Agak tinggi tekanan darah dan tensinya”.

“Tekanan darahnya kok tinggi, Dok. Saya biasanya di bawah 120. Selama ini lebih sering tekanan darahnya rendah. Kok tiba-tiba bisa tinggi. Ini baru pertama kalinya Dok”.

“Saya tidak tahu Mbak sedang menghadapi masalah apa. Tapi saran saya, jangan terlalu dipikirkan. Karena itu yang membuat Mbak stress. Dan itu menyebabkan Mbak mudah sakit”.

“Apa? Jadi saya mudah ngedrop karena stress? Dokter sedang tidak bercanda kan? Lha saya stress mikir apa. Perasaan saya tidak sedang menghadapi masalah yang begitu berat. Tapi memang beberapa hari ini saya tidak bisa tidur. Saya juga ndak tahu kenapa. Saya tidak memikirkan apa-apa tapi saya seperti memikirkan sesuatu. Dan itu membuat saya tidak bisa tidur.”

“Kondisi seperti itu memang bisa memicu naiknya tekanan darah. Untuk sementara saya kasih resep ini dulu. Besok malam tolong kesini lagi. Kita cek lagi tekanan darahnya. Kalau sudah normal, silahkan beraktivitas lagi. Tapi ingat, perbanyak istirahat. Jangan diforsir.

“Terima kasih Dok……”

………………………………………………………………………………………………

Hmm, stress. Satu kata yang sering sekali saya dengar saat berkumpul, berbincang dengan teman-teman. Kata ini begitu mudah terlontar dari mulut mereka. Dan sekarang saya mengalaminya sendiri. Poor me….

Stress. Apa sih sebenarnya stress itu. Jadi penasaran. Let’s see. Apa yang dikatakan wikipedia tentang stress.

Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.

Banyak hal yang bisa memicu stres muncul seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, Pre Menstrual Syndrome (PMS), terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut.

Hmm, kalau secara devinisi tepat banget tuh dengan kondisi saya. Tapi kalau tentang pemicunya… nah, ini yang membingungkan. Karena saya sendiri tidak tahu secara pasti apa penyebabnya. Hmm, dari pada bingung mencari penyebabnya, lebih baik focus ke solusi kan. Tapi karena saya juga bingung, akhirnya saya memilih bertanya pada beberapa teman. Nah, berikut ini adalah jawaban dari mereka. Beberapa hal yang biasa dilakukan ketika mereka stress.

1. Kalau Arie berenang Mbak. Habis berenang makan bakso hangat… (Arie).
2. Ambil air wudhu + baca Al Qur’an. Berdoa sesudahnya minta ketenangan batin dan mohon petunjuk. Bila malam hari bangun tahajud + shalat hajat minta bantuan (Mas Arief).
3. Tenang, ambil wudlu kalau memungkinkan kemudian alihkan perhatian yang membuat happy. Beralih dari tempat yang membuat stress. Anda akan kembali besok dengan lebih baik (Mas Marsi).
4. Tidur…..or ngaji….or jalan-jalan (Kak Mukhlis)
5. Sharing ma teman dekat, banyakin doa, cari udara segar, refreshing kek kemana. Cari suasana lain (Non Yuli)
6. Kalau lagi jutek/stress/bete, aku biasanya terus njalani kerjaan atau apapun yang menyebabkan stress dengan sekuat tenaga, pikiran dan psikis. Terkadang berdoa sampai nangis kalau berat banget (dengan kondisi berat badan turun, muka tidak cerah, kurus) sampai kelar dan tuntas. Habis semua selesai, dunia cerah lagi. Alhamdulillah…selalu ada karunia setelah masa cobaan (Mas Thres)
7. Jika aku lagi stress yang aku lakukan biasanya pergi ke suatu tempat buat merenung, nenangin pikiran sekaligus cari hiburan. Kalau nggak, aku cerita sama seseorang yang dekat alias curhat (Teh Eka)
8. Wudhu…. Sholat……curhatlah sama Gusti Allah…. (Nifa)
9. Cari sumber stress, kaji kenapa bikin stress, renungkan, jangan hindari tapi jadikan mitra. Insya Allah kau kan tertawakan diri yang stress tu (Mas Liek)
10. The best way biasanya sholat sunat, ngaji. Kalau tidak memungkinkan, ya merubah, secara ekstrim jika perlu, our mind-body-soul. The best person always take the best way (Mas Cahyadi)
11. Aku biasanya dan hampir pasti, jalan-jalan lihat sawah dan gunung di magelang di pagi hari habis subuh. Dahsyat penaruhnya…..(Kang Adib).
12. Ada beberapa hal yang biasa saya lakukan : baca Qur’an dan maknanya. Bertemu dengan orang yang dekat secara perasaan tapi jarang ketemu secara fisik. Biasanya itu sudah cukup. Atau bertemu dengan orang sholeh dan bercakap dengannya. Biasanya itu untuk transfer energi. Nek kuwi susah to yu, njenengan teko neng ndalan. Ndeleng orang-orang miskin dan fakir. Atau orang-orang yang sangat tua tapi masih harus mencari rizqi sendiri. Orang stress itu karena terlalu focus pada diri sendiri. Maka alihkan hatimu…. Untuk memikirkan orang lain.. hehe…(Kang Huda)
13. Kalau lagi stress, push up sampe jelek (Ka’ Rien).

Hmm, itu tadi cara ngatasin stress ala teman-teman saya. So, cara seperti apakah yang biasa Anda lakukan untuk atasi stress? Mari berbagi…………..

catt.

*gambar diambil dari sini
*terima kasih untuk teman-teman yang bersedia meluangkan waktu menjawab pertanyaan aneh di siang hari

Selengkapnya...

Wednesday, July 1, 2009

Creative Theme Day #2 : Obral Obrol Janji


Senja memerah di Kota Jogja. Kinanthi menyusuri “karpet merah” menuju Siti Hinggil Kraton Yogyakarta. Entah, sore ini dia ingin sekali membaur dengan barisan orang-orang yang bergegas menyeberangi Alun-Alun Utara itu. Berkali-kali dia hampir terjatuh, tersenggol orang-orang yang sepertinya tak mau kehilangan waktu sedetikpun. Jogja memiliki terlampau banyak tempat wisata yang sayang untuk dilewatkan. Padahal waktu mereka terbatas. Jadi beginilah mereka, jalan bergegas-gegas seperti prajurit yang mau maju ke medan perang.

Kinanthi mencoba menegakkan langkahnya. Suara-suara berdengung di sekelilingnya seperti membaur dengan suara-suara di kepalanya. Dan ini memang saat-saat yang dia tunggu. Suara-suara itu jalin-menjalin, seperti berperang saling rebut kuasa atas dirinya. Kinanthi sangat berharap, suara-suara di kepalanya lah yang kalah. Suara-suara yang membuatnya lelah. Kinanthi berharap, suara-suara itu lenyap, berganti dengan dengung suara bernada gembira dari para wisatawan ini. Kinanthi sangat ingin seperti mereka. Riang, lepas tanpa beban.

Tapi sepertinya Kinanthi terlalu berharap banyak. Seiring derap menjauh barisan itu, seiring itu pula suara-suara di kepalanya semakin keras berdengung. Ia benci suara itu. Karena ketika suara-suara itu muncul, berdengung di kepalanya, dengan kecepatan tinggi ia akan menarik suara-suara lain yang tak diinginkannya…..

STOP OBRAL JANJI

“Kenapa kau belum menikah? Jangan membuatku semakin merasa bersalah”.

“Kenapa harus merasa bersalah? Ini hidupku. Dan aku berhak membuat keputusan apapun atas hidupku”.

“Engkau tahu, aku berusaha menepati janjiku padamu untuk membahagiakannya. Tapi sepertinya aku takkan berhasil. Semakin keras usahaku membahagiakannya, semakin perih hatiku karena mengingatmu. Semestinya aku tak mengambil pilihan meninggalkanmu. Bisakah kita memperbaiki semuanya? Aku akan bicara baik-baik dengannya. Aku juga tak bisa terus-terusan menyakitinya”.

“Bukankah sejak awal sudah kukatakan, setiap pilihan melahirkan konsekuensi. Dan dulu engkau bilang siap menanggung konsekuensinya. Dan inilah konsekuensinya. Kenapa sekarang engkau ingin melarikan diri dari konsekuensi itu?

“Aku serius, aku akan segera memprosesnya”

“Untuk apa? Toh, hatiku juga sudah kutambatkan pada orang lain”.

“Pada orang yang nggak jelas itu… Kamu sendiri nggak yakin dengannya. Bukankah kau bilang kau perlu matahari? Aku siap menjadi mataharimu. Dia….., apa dia siap menjadi mataharimu? Seperti kau bilang, dia adalah jailangkung. Yang datang tak diundang, dan pergipun tak diantar. Seperti itukah matahari yang kau harapkan? Harimu akan berselimut mendung. Ijinkan aku menjadi mataharimu. Ayuhlah, katakan ya. Dan segera kuproses semuanya”.

“Stop, jangan menjanjikan apapun lagi untukku”.

…………………………………………………………………………………….

Kinanthi memutuskan untuk berbalik arah, pulang. “Cara ini takkan membantuku”, pikir Kinanthi. Disimpanginya langkah-langkah bergegas itu. Halte bus menjadi tujuannya sekarang. Sudah banyak orang di halte tak bernama itu. Sebagian wajah sudah sangat familiar dengannya. Ibu penjual tahu, Bapak tukang parkir, beberapa penjaga toko sepanjang malioboro, dan tentu saja para pengamen.

Bus datang. Kinanthi mengambil tempat bersisihan dengan Bapak tukang parkir. Sebenarnya Kinanthi ingin “diam” sejenak. Tapi Bapak tukang parkir rupanya tak peduli.

“Nduk, kok diam saja. Biasanya sumringah kalau pulang. Lha ini wajahnya kok ditekuk-tekuk kayak gitu…”

“Ndak papa kok Pak. Hanya sedikit capek saja”, Kinanthi membalas tak bersemangat.

“Whe lah, cilaka iki. Lha kalau kamu mumet, aku takon karo sopo iki…”.

“Lha wonten napa to Pak. Nggak papa, tanya saja. Kalau saya tau ya saya jawab”.

“Iki lho Nduk, aku tu bingung. Calon presidene kok podho kakehan janji kuwi, terus sik tak pilih sik sopo?”

Sejenak Kinanthi termenung. Pikirannya melayang ke peristiwa siang tadi. Ah, kenapa orang suka sekali menebar janji. Padahal dia sendiri tak tahu mampu tidak memenuhi janji itu. Manusia, ketika sudah berbenturan dengan kepentingan, apapun jadilah…

“Lho, Nduk…kok malah ngalamun. Piye, siapa yang harus tak contreng besok tanggal 8. Lha janjine apik kabeh je. Coba lihat ini. Sejumlah Janji dan Kontrak Politik Capres-Cawapres. Semua rak elok tho…”, Bapak tukang parkir mengangsurkan koran yang dipegangnya. Dan di sana memang tertulis dengan jelas janji-janji manis dari Capres-Cawapres.

“Wah, kalau yang ini saya juga ndak tau Pak. Tapi menurut saya, yang bisa jawab ya Bapak sendiri. Hati Bapak paling sreg dengan yang mana. Insya Allah hati kita itu lebih jujur menilai sesuatu. Nggih tho Pak…”

“Iyo yo Nduk. Wis, aku tak madep mantep melu atiku wae. Matur nuwun Nduk, kadang sik enom ki luwih iso maca tinimbang wong tuwo”.

Nggih Pak, sami-sami. Namung ngepasi kok Pak. Di banyak waktu, yang muda yang memang harus ngangsu kawruh sama yang banyak pengalaman seperti Bapak”.

“Iyo. Iki wis meh tekan klithikan. Kamu turun sini tho….”.

“Inggih Pak. Saya turun dulu nggih...”

Kinanthi baru saja melangkahkan kaki masuk ke rumah ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan nampak di layar. “Tante, tanggal 8 Juli nyontreng yang mana? Bundanya Husein bingung nih. Soalnya semua Capres berjanji manis. Nte, kapan main ke Tulungagung? Nenek juga kangen lho sama Tante…”

Ah, lagi-lagi soal janji. Membuat bingung orang saja. Begitu mudah orang mengobral janji. Kayak obral baju aja. Mending in….sat dengan obral obrolnya. Bisa ngirit dikitlah. Andainya mereka yang berjanji itu sadar dengan konsekuensi dari apa yang mereka janjikan, mungkin mereka akan berpikir ulang. Dan aku hanya bisa berkata :

Izinkanlah.... aku mengakhiri semua
Izinkanlah.... aku mengakhiri dusta
dan kepalsuan yang kau samarkan ……. (Nike Ardilla)

STOP OBRAL JANJI

* Thanx to seorang sahabat untuk cerita inspiratifnya. Sungguh, tepat pada waktunya…
* Tulisan ini didedikasikan untuk :

Creative Theme Day

Selengkapnya...

Thursday, June 18, 2009

Rumah Sakit Penuh Cinta


Apa kabar teman-teman? Berapa tahun cahaya ya kita tak bersua.. Satu tahun? Hahaha… jelas belum ada lah. Berapa pun lamanya, yang jelas aku kangen tak terkira. Aku kan begitu menyayangi kalian. Hahaha….gombal abiiiizzzzzzzzzzz. Ndak pa pa lah, kubiarkan tanganku menarikan apa saja di atas keyboard. Itung-itung sebagai hadiah setelah sekian lama terpasung.

Terpasung? Iyalah, beberapa waktu tak boleh beraktifitas, kerjaannya hanya makan dan tidur, ndak boleh mikir yang berat-berat, ndak bisa ngangkat ini itu, kalau mau apa-apa tinggal bilang dan sekejap sudah ada di depan mata. Menyenangkan? Jelas tidak, meskipun serasa sedikit seperti putri raja. Sedikit karena banyak aktifitas putri raja yang lain yang tak bisa dilakukan. Ndak bisa ngajak dayang-dayang berburu di hutan (siapa tau ketemu tarzan ganteng…), ndak bisa mandi di kali (siapa tau kelelep trus ditolong arjuna baik hati…), ndak bisa banyak yang lain deh…

Ceritanya begini teman-teman. Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 8 Mei jam 8 malem, saya mendapat senggolan mesra dari sebuah motor tepat di depan pasar Klithikan Jogja. Kalau biasanya saya geleng-geleng kepala karena seringnya melihat kecelakaan terjadi di tempat itu, akhirnya saya sendiri harus mengalaminya sendiri. Alhasil beberapa hari harus ikhlas menerima perhatian ekstra dari banyak dokter dan perawat. Untungnya dokter dan perawat-perawatnya rata-rata masih muda. Jadi seger kan. Hehehe…. Dan inilah yang ingin kuceritakan. Tentang uniknya RS tempatku dirawat. Sebenarnya awal sempat dirawat di sebuah RS di Jogja. Tapi karna keluarga di Kulon Progo, akhirnya minta dirujuk ke RS ini biar tak repot bolak-balik Jogja-KP. Kebetulan pula dokter yang merawatku di Jogja kenal baik dari dokter kepala RS ini.

Rizki Amalia Medika. RS ini masih belia. Seperti halnya para perawat dan dokternya. Didirikan oleh seorang dokter muda yang punya idealisme tinggi. Dulu beliau mengawalinya dengan membuka praktik di rumah kontrakan mungil di barat RS tersebut. Waktu berjalan, semakin lama pasien beliau semakin banyak. Entahlah, banyak orang merasakan dokter muda ini bertangan dingin. Banyak yang cocok dengan dokter muda ini. Wejangan menyejukkan yang mengiringi tindakan medisnya memberikan sugesti luar biasa untuk sembuh rupanya. Tarif miring dan suasana kekeluargaan yang kental menjadi pelengkap daya tarik beliau.

Berbekal keuletan dan kemauan keras, akhirnya mimpi beliau untuk memberikan layanan yang lebih baik pada para pasiennya pun terwujud. Sebuah RS kecil, dengan segudang idealisme pun berdiri. Setahap demi setahap RS ini terus berbenah. Aku tahu karena beberapa tahun terakhir ini sudah 5 orang dari keluargaku yang menjadi pasien di RS ini. Jadi aku bisa melihat perkembangan RS ini.

Banyak perubahan yang sudah terjadi. Perbaikan kualitas di sana-sini tampak nyata. Penambahan layanan seiring semakin banyaknya para dokter muda idealis yang bergabung semakin menambah gayeng saja. Tapi ada yang dipertahankan tak berubah, yaitu nuansa kekeluargaan yang selalu dikedepankan. Salah satunya adalah tradisi pembebasan jam besuk dan jumlah orang yang menunggui pasien. Dan ini tentu saja yang paling disuka keluargaku. Karena di desaku masih kental nuansa kekeluargaan dan gotong royongnya. Semua sukanya dilakukan rame-rame. Termasuk ketika menjenguk. Seringkali niatnya bukanlah menjenguk, tapi menemani menunggui di RS. Jadi biasanya agak lama mereka di RS. Bahkan kalau datangnya habis maghrib, biasanya jam 9 malam mereka baru pulang ke rumah. Tidak semua memang. Biasanya anak-anak mudanya.

Hmm, satu hal yang menyenangkan, sekaligus merepotkan. Tapi ini adalah pilihan yang dipilih. Tentu saja setiap pilihan mengandung konsekuensi. Tapi aku sangat percaya, justru kehadiran banyak orang itulah yang mempercepat proses kesembuhan (karena aku pernah merasakannya. Bahwa medis plus doa, dukungan moril kepada pasien adalah kolaborasi hebat yang akan mempercepat kesembuhan pasien).

Ada lagi yang tak berubah. Komitmen pemberdayaan ekonomi untuk orang-orang di sekitar RS terus dijaga. Beberapa pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus memang ditawarkan pada penduduk setempat. Maka Simbah ramah tetap bekerja membantu bersih-bersih sambil melayani jasa penyediaan air panas. Berbekal termos-termosnya, tambahan rezeki pun mengalir ke kantongnya.

Si Mbak rambut panjang pun masih menjadi penyedia konsumsi untuk para karyawan RS. Warung si Mbak di belakang RS itupun semakin ramai dengan pesanan dari para keluarga pasien. Dan RS sengaja membuka pintu belakangnya sampai malam, sehingga bisa menjadi jalan tol untuk transaksi. Parade mas-mas yang bersih-bersih sampai yang jaga parker pun diambil dari penduduk sekitar. Pak dokter muda memang menginginkan RS ini memberikan kemanfaatan untuk banyak fihak, terutama untuk lingkungan terdekat. Dan betul saja, roda ekonomi pun berdenyut di sekeliling RS.

Dan akhirnya ketika harus tinggal beberapa saat di RS ini, wajah-wajah ramah inipun kembali menyapa. Dan tawapun menderai mengiringi canda kami, meski tentu saja aku sambil meringis. “Mbak, kalau kangen padaku saja, kenapa harus pakai menabrakkan diri sih. Cukup datang saja sambil bawa snack teman melek, kami sudah senang”, Mas perawat yang rambutnya tetep saja plonthos sejak dulu masih saja khas dengan banyolannya. Hmm, keluarga kami memang punya kebiasaan berbagi snack dan buah yang biasanya dibawakan oleh para pembesuk ketika malam tiba. Untuk teman melek, begitu selalu kami bilang. Rupanya itu selalu mereka ingat. Hehehe..

Hari ke-3 di RS. Wah, sudah mulai bosen nih. Kenapa muntahnya ndak berhenti juga ya. sudah berkurang sih frekuensinya. Saat masih sibuk menghitung berapa hal yang susah kuingat, tiba-tiba parade paramedic datang. Ada seorang yang tampak aneh dibanding barisan yang mengiringinya. Para pengiring begitu mudah dikenali dengan seragamnya. Tapi siapa sosok modis dan gaul abis yang begitu mereka hormati ini. Baju dan celana bermerk terkenal, aroma harum yang tiba-tiba menyeruak, gaya kocak abis. Beda banget…..Olala, ternyata Pak dokter gaul yang tentu saja masih muda ini adalah dokter ahli.

Beberapa waktu jurus-jurusnyapun dikeluarkan. Dan enteng saja beliau bicara. Gegar otak ringan dan memar di bagian dalam. Hmm, ya sabar ya Mbak. Harus banyak istirahat. Pusingnya perlu waktu agak lama untuk hilang. Jangan berat-berat dulu mikirnya… Hoho, memangnya hidup bisa diatur semudah itu apa. Tapi gaya kocaknya memaksaku tertawa meski pusing berat selepas ditreatment. Dan kuhadiahi beliau satu muntahan. Haha, ya maaf lah Pak.

Hmm, akhirnya waktu tlah tiba. Boleh pulang ke rumah dengan segudang syarat. Haha, tak apalah. Bukankah aturan dibuat untuk dilanggar. Ya toh…(walau akhirnya kena batunya sendiri. Hihi…). Apapun itu, terima kasih banyak untuk semua. Good job pokoknya… jangan khawatir, di rumah sudah menunggu perawat cantik berperut serupa balon….


Catt.

*Hati-hati dengan ucap dan pikir kita. Setelah saya pikir-pikir, apa yang terjadi bisa jadi adalah cara Allah menjawab pinta saya. Beberapa waktu sebelumnya memang sempat terucap lelah. Ingin “istirahat” sejenak. Dan inilah jawabannya. Diberi-Nya saya alasan tepat untuk “beristirahat”. Hmm, hukum ketertarikan bekerja dengan sangat baik…….

*Special thanx untuk dr Agus, Kepala RS Rizki Amalia Medika. Saya sudah keluyuran lagi Pak di jalanan Jogja. Tapi masih tetap dengarkan nasehat Bapak kok. Langsung tidur tiap alarm otomatisnya nyala. Semoga saya cukup bersabar untuk tidak melanggarnya. hehe….

*Postingan ini adalah seri pertama oleh-oleh selama semedi beberapa waktu. Nantikan seri selanjutnya di jam dan hari yang sama. Halah, bak sinetron saja….

*Pst…saya nonton debat capres putaran pertama sampai dua kali. Serius mendengarkan, isi penyampaian mereka dan…ini yang penting. Mencermati gaya bicara Bu Mega. Karena kata teman saya, gaya bicara saya mirip beliau. Lebih di tekanan intonasinya. Tentu saja saya penasaran setengah mati. Nah, saya masih mencari letak kemiripannya. Siapa tau mirip beneran. Siapa tau nasibnya juga mirip. Menjadi salah satu manusia berpengaruh di negeri ini. Hehe…siapa tau kan. Ndak usah cemberut gitu lah. Bagus juga ikut mendoakan. Ya…ya…ya…..
Selengkapnya...

Thursday, April 9, 2009

Antara Dua Pilihan


Kali ini tak ingin ku bercerita yang berat-berat pada kalian, wahai sahabatku. Hanya ingin berbagi bingungku. Harapku, ada diantara kalian yang berbaik hati memberi saran. Siapa tahu ada terbersit ide brilian di sana. Mengubah nasi yang telah menjadi bubur menjadi sajian super lezat. Okey…

Ceritanya begini. Salah satu pot di kantorku sekarang sedang merana. Karena dia menjadi ajang pertarungan dua jenis tanaman. Awalnya yang kutanam adalah Aglonema. Aglonema cantik yang kubawa dari rumah. Mencuri koleksi Ibu’ku. Hehe..bercanda. jelas sudah ijinlah. Kalau pun nggak ijin, niatku baik kok. Menyebarkan keindahan.

Haha.., jadi ingat sweet memories dengan teman-teman se-geng. Kami dulu suka mengambil tanaman di tempat-tempat tak bertuan yang kami kunjungi dengan menggunakan mantra ini, “Ijinkan kami mengambil bagianmu. Niat kami baik. Biarkan kami sebarkan indahmu ke penjuru dunia.” Ah, konyol ya. Jelas mereka tak bisa melarang. Lha wong mereka nggak punya mulut dan tangan. Tapi anehnya justru tanaman-tanaman yang kami dapatkan dengan cara seperti itulah yang tumbuh subur di kost kami. Padahal kami tak pernah membeda-bedakan perlakuan. Entahlah, mungkin berarti mereka mengijinkan kali ya. Lah, kok malah ngelantur. Kembali ke laptop, eh, ke permasalahan.

Seperti kuceritakan tadi. Pot berwarna kuning semburat merah bata itu sungguh-sungguh merana. Awalnya baik-baik saja. Aglonema yang kubawa dari rumah mulai bertunas. Semakin lama semakin suburlah dia. Nah, tepat ketika daunnya sudah mulai melebihi tinggi pot di situlah permasalahan dimulai. Kucing-kucing kecil punya Ibuk yang menjaga kantor mulai menyukainya. Aglonema cantik mulai sering ditarik-tarik. Daunnya yang melambai-lambai semakin menggoda kucing-kucing kecil itu. Maka bisa ditebaklah hasilnya. Aglonema cantik meradang. Dia ngambek tak mau meneruskan tumbuhnya. Sebab, setiap kali dia mengeluarkan daun cantiknya, sekejap kemudian daun cantiknya dicabik-cabik kucing-kucing kecil itu.

Nah, aku yang tak mau tau apa yang terjadi langsung main hakim sendiri. Kuberikan ultimatum pada Aglonema cantik. Mau terus tumbuh atau kugantikan dengan yang lain yang lebih menarik? Aglonema cantik diam saja. Dia semakin meradang dan memutuskan untuk mogok tumbuh. Akhirnya kubiarkan saja dia. Jika dia seperti itu terus, pelan namun pasti dia membunuh dirinya sendiri. Kenapa harus kupusingkan. Tapi untuk sementara kubiarkan saja dia di sana. Toh, aku juga belum punya tanaman baru untuk menggantikannya.

Satu waktu aku menemukan tunas Ginger. Kasihan sekali, dia tergeletak begitu saja di pinggir jalan. Sungguh tak sampai hati kutinggalkan dia. Akhirnya kupungut dan kubawa ke kantor. Karena aku tak punya pot cadangan, kutitipkan Ginger kecil pada pot tempat Aglonema cantik tinggal. Kubilang padanya, “tolong beri dia tempat untuk tumbuh.” Pot berwarna kuning semburat merah bata itu sempat protes. “Bagaimana kalau Aglonema cantik marah?”. “Biarkan saja, toh dia tak mau kompromi denganku,” jawabku sambil berlalu.

Hari terus berganti, tak terasa 3 purnama berlalu. Dan Ginger kecil telah menjelma menjadi Ginger yang anggun dan kuat. Bahkan dia telah mendominasi seluruh pot itu. Aku senang melihat perkembangannya. Aglonema cantik tertutup sudah di balik rimbun Ginger. Dia hanya mampu sesekali menunjukkan diri ketika angin menggoyang Ginger. Tapi dia tak menyerah. Sekuat tenaga dia bertumbuh. Dan akhirnya pelan namun pasti dia mampu unjuk gigi. Meski tetap saja dia harus pintar-pintar mencuri waktu. Ginger sudah terlalu besar kini.

Pot berwarna kuning semburat merah bata itulah yang akhirnya kewalahan. Setiap saat dia harus melihat dua makhluk cantik itu berperang. Berebut tempat, berebut kuasa. Aku jadi ikut-ikutan memperhatikan mereka. Tapi setiap kali kuperhatikan, aku seperti melihat mereka semakin ganas. Mereka berusaha menarik perhatianku dengan berbagai cara. Aglonema sebagai penghuni lama, dan Ginger sebagai penghuni baru.

“Putri, bukankah dulu engkau yang membawaku datang kemari dengan penuh kasih sayang? Kau tanam aku, kau rawat aku sepenuh hatimu. Tolong, jangan perlakukan aku seperti ini. Enyahkan dia dari tempatku. Lagian, kalau dibandingkan jelas aku lebih cantik, lebih menarik. Dia, apa yang bisa dibanggakan darinya,” Aglonema mencoba menarik hatiku.

“Putri, aku juga tidak pernah memintamu untuk membawaku ke sini. Engkau juga yang memutuskan menolongku, merawatku, menjauhkanku dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. Engkau membiarkanku tumbuh dan berkembang di sini. Hingga aku menjelma menjadi sosok yang kuat. Adilkah jika tiba-tiba engkau mencerabutku dari sini? Bukankah dulu engkau memutuskan menaruhku di sini karena dia telah kau anggap tak berguna lagi?” Ginger berseru tak mau kalah.

“Putri, engkau harus segera membuat keputusan. Yang mana yang akan kau pilih. Engkau tak bisa terus mempertahankan dua-duanya seperti ini. Kasihan mereka jika terus begini. Ayolah, buat keputusan. Sebelum engkau semakin sulit untuk memutuskan. Sebelum engkau melihat kerusakan. Jika cantik yang kau lihat sekarang, bisa kupastikan dua tiga bulan lagi kerusakanlah yang akan kau saksikan. Kasihani juga aku. Tak mampu aku terus menerus mendamaikan mereka.

Ah, aku pusing mendengar seruan-seruan mereka. Yang manakah yang harus kupilih. Aglonema, dialah yang pertama tinggal di situ. Ginger, meski dia baru tapi dia telah menguasai tempat itu. Akar-akarnya telah menghunjam kuat di pot berwarna kuning semburat merah bata itu. Umbinya-pun sudah mulai terlihat. Sebentar lagi bisa untuk membuat wedang jahe. Tapi Aglonema, kasihan kalau dia kupindahkan. Pasti dia sakit hati. Perjuangannya untuk mempertahankan diri juga luar biasa. Aduh, semakin bingung jadinya.

Teman, bisa membantuku? Yang manakah yang harus kupertahankan. Aglonema atau Ginger. Aku tahu, bagaimanapun aku harus mengambil keputusan. Betul kata pot berwarna kuning semburat merah bata itu. Mempertahankan dua-duanya hanya akan merusak mereka. Jadi ingat nasehat salah satu guru. Beliau pernah berkata, lebih baik meletakkan dua telur di keranjang berbeda. Jangan dalam satu keranjang. Kalau dalam satu keranjang, begitu bergesekan, pecah dua-duanya.

Dan aku tak ingin mereka pecah, mereka rusak. Aku ingin dua-duanya terus hidup,, tumbuh dan berkembang. Memberikan bakti terbaik mereka pada dunia. Bukan hanya padaku saja. Meski untuk itu aku harus rela melepas salah satunya, dan memindahkannya ke pot lain. Tapi yang mana yang harus kupindah…………..?

Catt.
Begitu terasa dekat kan kisahnya? Aglonema vs Ginger hanyalah satu kisah dari sekian kisah senada. Bahwa dalam hidup, kita harus mampu membuat pilihan-pilihan. Pilihan terbaik bukan saja hanya untuk kita, tapi juga untuk orang-orang di sekitar kita, untuk kehidupan semesta. Karena satu pilihan kita, sudah pasti akan mempengaruhi jalinan cerita dari seluruh cerita kehidupan semesta.

Ah, dunia yang selalu dipenuhi hal-hal tak terduga ini memang mensyaratkan hadirnya orang-orang yang senantiasa siap mengambil keputusan. Laksana Arjuna dan Srikandi dalam perang Bharatayuda. Andai Arjuna lebih memilih rasa dan tak mau menjadi panglima menghadapi Karna, mungkin Bharatayuda menjadi lain ceritanya. Andai Srikandi memilih untuk tetap menjadi wanita di balik layar, mungkin Pandawa tak meraih kemenangan. Sesulit apapun, tetap saja keputusan harus ada.

* untuk yang sedang harus membuat pilihan, sesulit apapun keputusan harus ada. Semoga diberi bening hati, jernih fikir, hingga terambil keputusan terbaik. Untukmu, untuknya, untuk kita.
* gambar diambil dari sini

Selengkapnya...

Tuesday, March 24, 2009

Kolaborasi Antara


Ngisor ringin di rembang senja. Warna merah lembayung sudah mulai membayang di langit Jogja. Dua pemuda bersemangat baja, seorang bapak muda, digenapi seorang gadis berderai tawa cemara. Berempat mereka melingkari meja segi panjang berlapis kaca. Empat gelas teh panas melengkapi hangat diskusi mereka.

”Mas, dua teman kita ini sedang ingin merintis usaha. Sebenarnya bukan hanya dua orang, tapi lima orang. Kebetulan yang bisa datang hanya berdua saja. Nah, mereka kebingungan mau menentukan bisnis apa yang cocok untuk mereka. Cocok di fikir, cocok di rasa dan tentu saja cocok di kantong. Saya sudah menawarkan untuk mengikuti program coaching kita. Dan mereka sepakat. Kemarin kami sudah mencoba memetakan daya dukung apa saja yang dimiliki, tapi belum selesai. Dan akhirnya itu menjadi pe-er mereka. Nah, hari ini kita akan mencoba mempertajam diskusinya,” Gadis berderai tawa cemara mulai mengarahkan diskusi, setelah obrolan ngalor-ngidul dirasa telah cukup menghangatkan suasana.

Dan akhirnya diskusipun dimulai dari sini. Dua pemuda bersemangat baja menceritakan ide-ide mereka, idealisme mereka, bacaan mereka terhadap dunia usaha di sekitar mereka, juga alasan-alasan mereka mau terjun ke dunia bisnis. Heboh sekali cara mereka bercerita. Bapak muda dan gadis berderai tawa cemara mendengar seksama, terkadang tersenyum simpul, juga menderai tawa.

Bapak muda mengulum senyum. Melihat semangat dua pemuda di depannya, binar cemerlang di mata mereka, dia melihat pantulan semangat mudanya. Beruntung sekali mereka, pikir bapak muda. Dulu dia harus memulai sendirian, tak ada yang mendampingi. Jatuh bangun, tertatih, merangkak, berjalan lambat, dan akhirnya pelan tapi pasti melangkah mantap, sampai akhirnya bisa berlari. Dan untuk melewati proses itu, dia bertaruh dengan waktu. Dan bapak muda senang bisa bertemu dua pemuda itu sekarang. ”Semoga aku bisa mempercepat proses,”pikir bapak muda.

Gadis berderai tawa cemara mengangguk-anggukkan kepala, seakan memahami apa yang ada di pikiran bapak muda. Ah, senangnya mempertemukan dua generasi, dua semangat yang meski berbeda cara pengungkapannya, tetap berenergi sama. Paling tidak itulah yang dilihat gadis berderai tawa cemara. Semoga kolaborasi ini akan melahirkan tim yang tangguh. Ah, ya... kolaborasi antara.......

”Kalian berlima ya. Berarti ada lima kepala, dan tentu saja saya yakin ada banyak ide, banyak kemauan di sana. Jika kalian ingin berbisnis bersama, paling tidak lakukan empat hal ini dulu. Pertama, samakan visi. Tanpa visi yang sama, kalian tak akan pernah bisa melangkahkan kaki di jalur yang sama. Alih-alih saling mendukung, bisa-bisa energi kalian habis untuk tarik ulur menentukan arah jalan. Visi yang kalian sepakati itulah yang akan menjadi guidence, arah kemana kalian harus melangkah,” bapak muda memulai wejangannya.

”Kedua,tentukan nilai-nilai yang mendasari bisnis. Nilai apa yang akan diusung dalam menjalankan bisnis. Bisnis yang berlandaskan pada nilai tak akan mudah goyah ketika angin datang menerpa. Cari nilai yang kalian sepakati untuk diusung. Misal, nilai-nilai syariah, nilai-nilai pemberdayaan dll. Pernah melihat iklan seperti ini, ”Satu gigitan produk yang Anda makan akan membantu 1 anak menghafal Al Quran.” Ini adalah salah satu contoh aplikasi nilai-nilai dalam bisnis. Nilai-nilai yang melandasi bisnis membantu kita meneguhkan langkah, memompa semangat untuk terus maju.

”Ketiga, beri kesempatan pada semua anggota tim untuk menyampaikan ide bisnisnya, sehingga terkumpul banyak alternatif ide. Harus ada independensi dalam share ide. Ini perlu agar kita bisa memperluas ide. Jangan sampai ide satu orang mengkooptasi yang lain. Nah, tugas untuk masing-masing person adalah membuat ide minimal 5 jenis. Pada pertemuan selanjutnya kita akan mendapatkan 25 jenis ide. Nanti kita akan analisa bersama-sama, mana yang paling berpeluang untuk dijalankan.

”Keempat, identifikasi kekuatan yang kita punya. Dari sisi jaringan, expertise, dan komunitas. Daya dukung apa saja yang kita miliki. Daya dukung ini juga akan membantu menginspirasi ide yang muncul. Lakukan mind map untuk mengeksplorasi ide-ide di sekitar kita. Jangan heran ketika kalian nanti akan mendapati begitu banyak ide yang bisa kalian explor. Karena pada dasarnya ide-ide tersebut sudah ada, tinggal memanggil file-nya dari folder di otak kita.

Bapak muda mengakhiri monolog panjangnya. Dua pemuda bersemangat baja memberondong bapak muda dengan berbagai pertanyaan. Mereka nampak seperti musafir yang kehausan dan menemukan sebuah mata air. Gadis berderai tawa cemara begitu menikmati suasana tersebut. Dirasakannya energi tiga lelaki beda generasi itu tumpah ruah memenuhi ruangan. Dihirupnya pelan. Ingin sekali dihirupnya semua energi, agar nanti bisa dia sebarkan ke semesta.

Gadis berderai tawa cemara meraih map, mengambil berkas berisi data masing-masing anggota kelompok. Ditelusurinya masing-masing, mencoba memetakan karakter dan potensi masing-masing. How great, semuanya memiliki kekhasan. Baik karakter, skill, latar ekonomi, background pendidikan. Mengkolaborasikan lima orang ini dalam kolaborasi yang indah tentu tidak mudah. Jelas perlu waktu. Ada proses yang harus dijalani, ada harga yang harus dibayar. Tapi jika mereka siap dengan konsekuensinya, mengapa tidak. Jika pun mereka belum siap dengan konsekuensinya, justru tugas terbesar adalah untuk menyiapkannya. Ah, lagi-lagi tentang kolaborasi......

Kolaborasi antara.....

Jika merah adalah nada
Dan biru adalah irama
Akankah ungu menjalin rasa......

Andainya pelangi adalah abadi
Kan kusunting asa dalam tautan janji.............


Selengkapnya...

Sunday, March 8, 2009

Wanita-wanita Perkasa Spesial : Mereka Yang Tak Menyerah


Tak terasa tepat satu bulan sudah saya menyepi. Dan saatnya untuk kembali. Pa kabar teman-teman..? Maaf untuk menghilang tanpa kabar. Ada kalanya hidup tidak memberi kita kesempatan bahkan untuk sekedar say goodbye. Halah, apa lagi ini… yang jelas saya baik-baik saja. Hanya perlu waktu untuk berkonsentrasi pada beberapa hal.

Layaknya bermain layang-layang, ada kalanya kita perlu mengulur tali, tapi di lain waktu kita juga perlu menariknya pelan, atau bahkan menyentak talinya keras. Nah, beberapa waktu ini saya memilih mengkandangkan layang-layang. Ada beberapa bagian yang perlu direparasi. Plus memberi nyawa baru. Karena tampaknya begitu banyak energi yang terkeluarkan. Ada banyak hal menarik yang saya temukan dalam proses ini. Satu oleh-oleh saya persembahkan untuk Anda sekalian……….


Medio Februari 2009

“Mbak, maaf mengganggu. Saya harus ketemu dengan Mbak. Saya tau Mbak lagi banyak masalah. Tapi saya sudah tidak tau lagi harus minta bantuan siapa. Saya tunggu nanti sore di tempat biasa ya…”

Pesan singkat dari salah satu anggota komunitas kecil yang sedang saya bangun itu membuat saya tersentak. Masya Allah, beberapa waktu ini saya tanpa sadar mengabaikan mereka. Beberapa masalah yang datang bersamaan memaksa saya mengeluarkan energi lebih. Dampaknya bisa ditebak, beberapa hal jelas terabai. Ini tentu saja tak bisa dibiarkan. Saya harus segera beranjak.

Komunitas kecil ini tak bernama. Kami bertemu karena kesamaan visi. Mengubah hidup menjadi lebih baik. Mendorong semua anggota menjadi manusia yang lebih baik, mandiri, dan tangguh. Tak mudah menyerah pada keadaan yang seringkali memarginalkan wanita.

Kemandirian ekonomi menjadi prioritas komunitas ini. Wanita seringkali berada pada posisi lemah sebagian besar karena factor ekonomi. Pada banyak kasus, wanita mengalami kesulitan mempertahankan haknya ketika ia lemah secara ekonomi. Maka di komunitas ini kami merangkai mimpi. Wanita harus mandiri secara ekonomi. Agar ia mampu menolong dirinya sendiri dan lebih jauh mampu menolong orang lain.

Komunitas kecil ini berlandas pada asas manfaat. Ketika kau merasakan manfaat dari keberadaan komunitas ini maka mari bergandeng tangan dan menyebarkan nilai-nilainya dimanapun engkau berada. Jika tak merasakan manfaatnya, engkau boleh pergi meninggalkannya. Jika satu saat ingin kembali, engkau tau harus kemana. Ya, sesimple itulah aturan main yang kami buat. Dan ternyata justru itulah yang membuat komunitas ini mampu bertahan dan pelan namun pasti semakin membesar jumlahnya.

Di komunitas ini kami tidak pernah mempermasalahkan latar belakang seseorang. Apa kasus yang sedang menimpa yang bersangkutan tidak pernah kami bahas secara detail, kecuali ada yang meminta bantuan. Kami belajar untuk tidak focus pada permasalahan yang melingkupi. Kami lebih focus pada upaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masing-masing anggota.

Di komunitas ini saya belajar banyak hal. Tentang makna perjuangan, ketulusan, kesetiaan, pengorbanan, dan keagungan cinta. Maka saya berkhidmat pada Mbak Nisa, seorang yang ditinggal calon suaminya menikah dengan orang lain. Pada caranya memaafkan sang calon suami, pada keikhlasannya menyerahkan sang calon suami pada orang lain demi tak mau melukai hati wanita lain, pada keteguhannya menghadapi calon suaminya yang ingin kembali padanya karena tak mampu menumbuhkan cinta pada istrinya, pada kesabarannya menghadapi teror dari istri calon suaminya, juga pada perjuangannya untuk belajar membuka hatinya kembali untuk lelaki lain. Saya tau, tak mudah untuk itu.

Saya juga belajar pada Mbak Mary yang dipaksa menikah oleh ayahnya untuk menyelamatkan ekonomi keluarga. Ayah yang telah meninggalkannya sejak kecil karena menikah lagi. Ayah yang tak pernah memperhatikannya sejak kecil, dan baru datang setelah mengetahui Mbak Mary mewarisi kekayaan tak seberapa dari neneknya. Pada perjuangannya yang luar biasa, saya sungguh berkhidmat.

Saya pun berkhidmat pada Mbak Ai’ yang dikhianati suaminya dan harus berjibaku menghidupi 4 orang anaknya. Karena suaminya “lupa” menafkahi keluarganya sejak bertemu dengan wanita lain yang jauh lebih muda, lebih cantik, dan lebih kaya. Sungguh, cinta agungnyalah yang akhirnya membuat suaminya kembali padanya.

Pada Mbak Ning saya belajar arti kesetiaan. Kemiskinan membuatnya rela terpisah dari kekasihnya. Keinginan mereka menikah terpaksa ditunda untuk waktu yang mereka sendiri tak mampu menebaknya.

Pada Mbak Mulia saya belajar pengorbanan. Beliau rela menunda untuk belum menikah demi berjibaku mencari nafkah untuk keluarganya. Demi sekolah adik-adiknya. Demi kepul asap dari dapur keluarganya.

Pada Mbak Tuti saya belajar memaafkan masa lalu. Pengkhianatan calon suaminya tepat di saat ia keguguran membuatnya hampir bunuh diri. Hanya kemauan kerasnya saja yang mampu membuatnya bangkit dari keterpurukan selama bertahun-tahun, dan membuka hatinya untuk orang lain.

Pada Mbak Nana saya belajar menghapus dendam. Dendam yang tak sengaja dia tanam pada sang ayah karena melihat sang ibu diperlakukan kasar. Dendam yang membuatnya terobsesi mempecundangi laki-laki. Dendam yang membuatnya sulit menerima kehadiran laki-laki di hidupnya.

Pada Mbak Amik saya belajar berani menantang hidup. Meninggalkan keluarga yang selalu menyudutkannya karena beliau hanyalah anak tiri. Berbekal tekad saja, beliau menjejakkan kaki di Jakarta. Menantang Jakarta justru dengan ketidakberdayaannya. Jika kini justru peer group-nya lah yang paling berkembang, saya tidak heran.

“Tidak ada batas dari apa yang dapat Anda lakukan. Sesungguhnya batasan itu hanya ada di pikiran Anda. Tetap berpikir dan berjiwa besar. Sesungguhnya Tuhan bergantung bagaimana kamu berprasangka. Bukan begitu Mbak?” Itu jawaban beliau ketika ditanya anggota komunitas yang lain. Saya pun hanya mengangguk, mengamini apa yang dikatakannya. Saya jadi teringat perbincangan dengan seorang teman. Dia bilang akan menaklukkan Jakarta dengan keahliannya. Saya pun akan menaklukkan Jakarta dengan cara saya sendiri. He…..

Ah, komunitas yang dulu hanya bertiga itu sekarang sudah mulai besar lingkarannya. Senang, tentu saja. Berarti semakin banyak wanita yang ingin mengubah kualitas hidupnya. Dengan semakin banyak wanita yang “baik” maka semakin terbuka kemungkinan untuk semakin membaikkan dunia kan. Karena wanita adalah tonggak penegak negara bangsa. Karena wanita adalah madrasah untuk anak-anaknya. Karena wanita adalah tempat kembali bagi suaminya untuk mencharge energi. Jika energi positif yang terberikan, semoga energi itulah yang mewarnai dunia.

Bahwa pada satu saat tertentu dalam hidup kita, kita kehilangan kendali atas apa yang terjadi pada diri kita, dan hidup kita lalu dikendalikan oleh nasib. Itulah dusta terbesar di dunia (Paulo Coelho dalam Sang Alkemis).

Apapun yang terjadi, kitalah yang harus mengendalikan hidup, bukan hidup yang mengendalikan kita.


•Tribute to all woman in the world. “Selamat Hari Perempuan Sedunia”
•Gambar diambil dari sini


Selengkapnya...

Saturday, February 7, 2009

Mengubah Indonesia dari Pojok Angkringan

Angkringan Ngisor Ringin di rembang senja. Kang Paidi, juragan angkringan sibuk menyiapkan dagangan. Terlihat tiga orang pembeli dengan setia menunggu Kang Paidi selesai beres-beres. Siapa mereka, tentu saja Gombloh, Joko dan Glundung. Mereka adalah pembeli setia Kang Paidi. Gombloh juru parkir, Joko sang office boy di sebuah perusahaan periklanan, dan Glundung pekerja di pabrik furniture.

“Masih lama, Kang? Aku haus tenan. Dari tadi disuruh Bos kesana kemari,” Glundung melongokkan kepala ke seberang meja. Kang Paidi sedang menjerang air.

“Sebentar Ndung. Ini sudah mendidih kok,” jawab Kang Paidi kalem.

“Yo sabar to Ndung, lha kamu kan datang belakangan tadi. Aku dulu yang dibuatin yo Kang,” Gombloh tidak mau kalah.

“Wis, nggak usah rebutan. Kalian ini seperti partai yang sedang rebutan massa saja. Semuanya ngakunya nomor satu. Nanti kalau ada pembagian kuasa mintanya juga dijatah nomor satu. Giliran disambati rakyatnya larinya juga nomor satu. Uuuh..,” Joko yang sedari tadi diam tiba-tiba bersuara panjang lebar. Glundung dan Gombloh bengong melihat Joko.

“Kamu kenapa Jok, nggak ada angin nggak ada hujan kok marah-marah. Wuih, panas tenan,” Gombloh menempelkan tangannya di dahi Joko.

“Gimana nggak panas, tadi barusan aku ketiban bendera parpol di jalan. Untung nggak jatuh,” sungut Joko.

“Hahaha, kamu ketiban sampur itu namanya. Wis, dimaklumi saja. Mereka itu kan sedang berusaha sebaik mungkin agar dikenal orang. Ngomong-ngomong besok kamu mau milih nggak Jok. Apa mutung karena ketiban bendera parpol,” giliran Glundung yang menggoda Joko.

“Maunya aku nggak usah milih. Bukan karena mutung ketiban bendera tadi, tapi aku sudah bosan dengan janji-janji manis parpol. Tapi MUI katanya sudah memfatwakan haram kalau golput. Lha gimana dong?”

“Iya, kalau golput berarti kamu tidak membantu negeri ini. Kamu kan hidup di Indonesia tho? Kalau bukan kita yang membantu negeri kita sendiri terus siapa?” kata Gombloh sok bijak.

“Weh, kamu bisa bicara seperti itu nyontek darimana Mbloh? Apa di MLM-mu juga diajarin kata-kata seperti itu?” Glundung menggoda Gombloh. Beberapa waktu ini Gombloh memang bergabung dengan sebuah perusahaan MLM. Sejak itu Gombloh mengalami peningkatan dalam berbicara.

“Alah, kamu iri tho. Ngaku aja. Aku gabung di MLM untuk mengubah hidupku. Biar tidak menambah beban pemerintah. Kata up line-ku, jumlah penduduk miskin Indonesia itu banyak sekali. Jutaan. Nah, salah satu cara membantu negeri ini adalah mengurangi jumlah orang miskin yang semestinya menjadi tanggungan pemerintah. Paling tidak kita sendiri jangan sampai menjadi bagian dari mereka. Makanya kita harus berjuang untuk menjadi kaya. Begitu Ndung,” Gombloh menjelaskan berapi-api.

“Iya Mbloh. Kata Mas Bosku juga seperti itu. Makanya sekarang aku sedang belajar sama Mas Bos bagaimana caranya aku bisa pinter dan menghasilkan banyak uang. Aku kemarin diajari nyari duit lewat internet,” Joko juga tidak mau kalah.

“Lha iso po? Pantesan kamu jadi keranjingan ke warnet. Tapi beneran nggak itu. kalau MLM-e Gombloh aku sudah diajak ketemu sama up line-nya. Aku sudah ngerti cara sama itung-itungannya kenapa bisa mendapatkan uang di sana. Tapi aku nggak punya waktu kalau disuruh mengerjakan seperti itu.”

“Halah, kamu itu sok sibuk tenan. Bener kok. Mas Bosku kemarin cerita dia mendapatkan banyak pelanggan itu dari internet. Mas Bos juga cerita kalau teman-temannya banyak yang sukses dan mensukseskan orang lain dari internet juga.”

“Yang paling aku seneng ketika Mas Bos cerita tentang temannya, namanya Mas Agus. Dia mempromosikan pariwisata Jogja lewat internet. Kalau nggak salah nama tokonya di internet itu yogyes.com. Dan ternyata dia sukses. Banyak sekali yang terbantu. Pemerintah, karyawan-karyawannya, keluarganya, pedagang pasar Malioboro, pedagang Alun-alun Utara, tukang-tukang becak, sopir angkutan, sopir taksi, hotel dan seluruh karyawannya, bahkan tukang ngamen dan tukang copet juga. Lha itu mulia banget tho,” Joko semakin bersemangat cerita.

“Lho, kok semua disebut. Ngarang kamu itu,” sanggah Glundung tidak percaya.

“Dibilangin malah ngeyel. Bahkan bosmu itu juga termasuk yang terbantu. Bosnya Gombloh juga. Termasuk Kang Paidi juga. Lha banyak orang setelah melihat yogyes.com trus jadi tertarik. Terus mereka datang berkunjung ke sini. Termasuk bule-bule itu. Lha wong tokonya itu bisa dilihat sampai luar negeri sana,” Joko meneruskan penjelasannya.

“Makanya aku juga mau belajar. Aku kan juga mau menyelamatkan negeriku. Mas bosku sudah janji mau membantuku kok. Nah, Gombloh mau membantu negeri ini lewat MLM-nya. Aku mau meneruskan jejak Mas bosku dan Mas Agus. Lha kalau kamu mau lewat apa Ndung,” Joko balik bertanya yang membuat Glundung tampak bingung.

“Ndung, bosmu kan sedang ndaftar jadi caleg. Berarti nggak ada waktu ngurusi bisnisnya tho. Sudah, kamu embat saja,” ujar Gombloh memanas-manasi Glundung.

“Embat, embat, emangnya tempe gorengnya Kang Paidi po. Yo aku sebenarnya juga sedang belajar sama bosku juga. Bagaimana caranya mencari order, menangani order, sampai mengirim barang ke pemesan. Kalau untuk membuat barangnya aku wis canggih. Lha wong aku wis diangkat jadi supervisor je,” Glundung menyeruput teh panas yang baru saja disodorkan Kang Paidi.

“Sebenarnya aku juga pengen mendirikan usaha sendiri. Tapi aku masih takut. Aku bisa membuat produknya. Aku juga sudah tahu kemana harus mencari bahan bakunya. Bahkan supplier bahan bakunya Bosku sudah bilang kalau aku mau mendirikan sendiri, dia akan membantuku. Tapi aku takut tidak bisa memasarkan.”

Hening sejenak. Gombloh dan Joko bingung harus berkata apa. Tiba-tiba Joko menjentikkan jarinya.

“Ndung, aku ada ide. Bagaimana kalau produkmu diiklankan lewat internet saja. Nanti biar aku yang ngurusin. Aku kan sudah bisa membuat blog. Nanti aku akan minta Mas Bos ngajari bagaimana caranya menampilkan produk-produkmu di blog.”

“O iya, bosku kan juga memasarkan produknya juga lewat internet. Tapi Mbak Fitri yang ngurusin, jadi aku nggak tahu bagaimana caranya. Wah, boleh Jok. Kamu memang best friend tenan,” Glundung bersemangat mendengar tawaran Joko.

“Nah, Gombloh, Joko dan kamu Ndung, semua sudah ketemu bagaimana mau membantu negeri ini. Lha kalau aku terus bagaimana?” Kang Paidi yang sedari tadi diam mendengarkan perbincangan tiga sekawan itu angkat suara. Tiga sekawan saling pandang satu dengan yang lain. Gombloh-lah yang kemudian angkat bicara dengan gayanya yang sok bijak.

“Kang, dengan tetap berjualan di sini berarti Njenengan sudah membantu menyelamatkan negeri ini. Kang Paidi kan menyelamatkan orang-orang kelaparan seperti kami. lha kalau kami kenyang kan kami bisa bekerja. Berjuang menyelamatkan negeri ini. Apalagi kalau Kang Paidi tidak ikut-ikutan menaikkan harga. Wah, benar-benar menyelamatkan kami itu. Begitu tho kawan-kawan?”

“Uh, dasar. Bilang saja kalau nggak mau kunaikkan harganya. Pake bawa-bawa menyelamatkan negeri segala. Tapi tak pikir-pikir benar juga kalian. Daripada pusing memikirkan bagaimana caranya menyelamatkan negeri ini, mending kita bekerja sebaik-baiknya. Lha aku bisanya ngangkring ya ngangkring tho,” Kang Paidi menyerah tapi tak kalah.

“Betul Kang, tapi kita perlu kreatif biar ada peningkatan hidup. Kemarin di internet aku sempat melihat ada angkringan yang dilengkapi dengan fasilitas internet gratis. Bahkan mereka juga punya blog untuk menjaga hubungan dengan konsumen lama dan menjaring konsumen baru. Kalau nggak salah namanya wetiga.com. Nah, Kang Paidi bisa melakukan hal yang sama atau bahkan lebih,” Joko membuat Kang Paidi terbakar.

“Weh, iya tho Jok. Lha mbok kamu membantuku. Biar bisa seperti mereka. Nanti setiap kamu ke sini minumnya tak gratisin wis. Lha aku kan ndak ada duit untuk mbayar kamu,” Kang Paidi mencoba merayu Joko. Yang dirayu senyum-senyum nggak jelas. Karena semakin nggak jelas, Gombloh dan Glundung pun bersepakat menjewer kuping Joko. Gombloh kuping kiri, Glundung kuping kanan. Alhasil Joko mengganti senyumnya dengan jeritan panjang. Dan tawapun meledak dari Angkringan Ngisor Ringin.

Senja makin merah. Perlahan namun pasti mentari menyusup ke dekap malam. Namun dia telah menjadi saksi atas mimpi-mimpi indah empat orang di angkringan ngisor ringin, pojok alun-alun utara. Dia berjanji esok hari akan membangunkan mereka dengan sinar paling lembut. Mengiringi langkah-langkah mereka untuk mewujudkan mimpi mulia. Mengubah cerita kehidupan mereka. Mengubah cerita tentang Indonesia.

* Selarik rindu untuk Kang Paidi. Asli, kurindukan sensasi kemepyar teh jahenya. Pindah kemanakah Njenengan?
* Gambar diambil dari sini

Selengkapnya...

Sunday, February 1, 2009

Dian Sastro for President ?


Genderang perang pemilu sudah ditabuh jauh-jauh hari. Adu strategi antar capres tak terelakkan lagi. Saya dalam peperangan ini memilih menjadi penonton saja. Lha mau ikut jadi pemain nggak punya bekal …

Ada yang menarik dari proses ini menurut saya. Munculnya tokoh-tokoh muda menjadikan proses ini terasa segar. Strategi-strategi kreatif bin unik dalam mengenalkan diri dan menjaring simpati pun bermunculan. Perang antar capres bukan lagi sekedar perang content. Perang ini sudah melebar ke adu kreatifitas antar tim kreatif masing-masing capres. Dan saya sebagai penonton tentu saja menikmatinya.

Salah satu cara kreatif yang digunakan oleh para capres adalah memanfaatkan media online untuk mempertajam gerak mereka. Ambil contoh, lomba blog “Aku untuk Negeriku” yang digelar oleh Bugiakso. Terlepas dari mengaku tidaknya beliau atas niatan di balik lomba ini, nuansa kepentingan politik ini kental terasa.

Saya sebetulnya tidak terlalu peduli dengan niatan di balik gelaran lomba itu. Apapun niatannya, yang jelas Bugiakso sudah memberikan apresiasi besar untuk dunia perbloggingan. Nah, tak ada salahnya kan kalau kita membalas apresiasi tersebut. Atau kalaupun niatnya bukan untuk membalas apresiasi, ada hadiah menarik yang bisa dijadikan sebagai niatan. Saya kira Netbook, HP 3G, dan kamera digital adalah hadiah yang lumayan menarik. Plus, Anda bisa memberi sumbang ide untuk Kang Bugi cs. Tentang langkah-langkah inspiratif yang bisa Anda lakukan sebagai anak negeri untuk Indonesia. Eits, jangan tuduh saya sebagai tim iklannya Kang Bugi ya….

By the way, cara yang dilakukan Kang Bugi ini mengingatkan saya pada fase kampanye Obama dulu. Pertanyaannya adalah mampukah tim kreatif Bugiakso menyamakan jejak dengan tim kreatif Obama? Kita lihat saja ke depan, ide kreatif apalagi yang bisa disuguhkan pada kita.

Berbincang tentang Kang Bugi dan capres lain, saya jadi teringat pada Mbakyu Dian Sastro. Beberapa tahun yang lalu saya menerima hadiah sebuah buku antologi puisi berjudul “Dian Sastro fo President”. Buku itu saya terima dari teman seperjuangan yang kebetulan salah satu puisinya nangkring di chart ke-entah di buku tersebut. Pihak penerbit memberinya dua buku sebagai imbalan. Dan saya ketiban hadiah itu karena saya dinobatkannya sebagai teman paling cerewet dan paling bawel se-Indonesia raya.

Tidak ada puisi tentang Dian Sastro di buku tersebut. Yang jelas terasa adalah nuansa kental kegerahan atas apa yang terjadi di republik ini dan dunia secara umum. Kegerahan yang bermuara pada harapan untuk munculnya kehidupan yang lebih ramah.

Mungkin muncul pertanyaan di benak Anda, kenapa Dian Sastro dijadikan sebagai icon perlawanan? Saya juga tidak tahu pasti. Tapi menurut saya Mbakyu saya yang cantek luar biasa itu memang pantas dijadikan sebagai icon. Kepiawaiannya bermain lakon tak perlu diragukan lagi. Dia berhasil mengharmonisasikan seluruh potensi dirinya menjadi sajian indah dan bernyawa. Melihat Dian bermain film tak hanya melihat seorang Dian Sastro yang menjadi sosok lain karena menghafal teks cerita dan gerak tubuh. Kecerdasan, kecantikan, dan seluruh potensi manusia yang lain lebur di sana.

Dan ternyata bukan hanya saya yang mengakui potensi Mbakyu Dian. Lenovo, pemimpin global dalam pasar PC (personal computer) juga mengakui kapasitasnya. Mbakyu Dian dipilih sebagai pembawa obor dari Indonesia untuk berpartipasi dalam Beijing 2008 Olympic Torch Relay. Mbakyu Dian dipilih karena kemampuannya sebagai seorang duta, membawa kebudayaan dan film Indonesia ke Asia Pasific sekaligus meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akan kreatifitas dan kesenian Indonesia. Dia dikategorikan sebagai Imaginative dari kriteria New Thinker Lenovo.

Anda dan saya mungkin mempunyai persepsi yang berbeda. Tapi itu tidak menyurutkan niat saya untuk menawarkan kepada Anda, bagaimana kalau Mbakyu Dian kita calonkan sebagai capres. Saya lihat Mbakyu Dian bisa merangkul semua fihak. Plus, dia punya bekal imaginative yang akan sangat membantu Indonesia keluar dari krisis. Masalah pengalaman dan kemampuan, pinter-pinter tim kreatifnya lah untuk merancang ca-kabinet yang bisa menutupi kekurangan dan mempertajam kelebihan beliau.

Bagaimana? Apakah Anda setuju? Kalau Anda tetap tidak setuju mungkin saya akan menawarkan ke teman saya saja. Beliau sedang menggagas kemunculan Republik Kreatif. Dan sekarang sedang menyusun calon kabinetnya. Tapi saya belum melihat siapa calon presiden dan calon wapresnya. Kalaupun capresnya sudah ada, paling tidak saya bisa mencalonkan Mbakyu Dian sebagai cawapresnya. Seperti Mcain-Sarah Palin tho? Lha saya mau mencalonkan Mbakyu Dian sebagai menteri yang membidangi per-film-an sudah ada nama Kangmas Hanung Bramantyo. Untuk yang ini saya harap Anda sependapat dengan saya. Bagaimana?

* gambar diambil dari sini.

Selengkapnya...

Friday, January 23, 2009

Wanita-wanita Perkasa : Simbok Ponijah dalam “Ketika Mas Brigadir Apris Pergi”


Simbok Ponijah. Sosoknya tinggi besar untuk ukuran wanita pada umumnya dengan suara yang “kung”. Ramah, suka menolong, dan enteng saja ketika memberikan sesuatu ke orang lain. Di desaku, Beliau dikenal sebagai pembuat tempe benguk yang maknyuss rasanya. Anda tahu tempe benguk kan? Kalau tidak tahu sekali-kali mainlah ke Jogja. Dan nikmatilah rasa sensasional dari makanan tradisional ini.

Selain sebagai pembuat tempe benguk, beliau juga dikenal sebagai ahli menanak nasi dalam jumlah besar. Keahlian beliau inilah yang sering menyelamatkan orang-orang yang sedang punya gawe. Siapapun mungkin bisa menanak nasi. Tapi, menanak nasi untuk ratusan orang bahkan ribuan? Nanti dulu, yang jelas perlu keahlian khusus.

Ada satu lagi yang nampak jelas dari beliau. Beliau dikenal sebagai wanita yang tangguh. Beliau membesarkan 8 orang anaknya sendirian. Anda tahu, ke-8 anaknya itu laki-laki. Yup, tak satupun terselip wanita di sana. Suaminya sudah meninggal ketika anak-anaknya belum beranjak dewasa. Dan berdasarkan keahlian beliau tadi plus menggarap sawah tinggalan suaminya, beliau membesarkan anak-anaknya.

Tak ada keluh, tak ada kesah yang terucap dari beliau. Beliau mendidik anak-anak dengan keras. Beliau menjelma seumpama Pandu Dewanata sekaligus Kunthi. Rumah dijadikan kawah candradimuka bagi anak-anaknya. Dan terbukti, menjelmalah Pandawa Delapan, bukan hanya Pandawa Lima.

Perjuangan beliau tidak sia-sia. Lima dari delapan anaknya berhasil masuk ke jajaran TNI/Polri. Salah satunya adalah Brigadir Apris SW, anak paling penurut dari sekian anak beliau (ini cerita yang beliau tuturkan sendiri). Sedang tiga anak beliau yang lain bekerja di sector swasta.

Brigadir Apris SW almarhum, ada banyak memori terekam di benak Simbok bersamanya. Kepergiannya yang begitu tiba-tiba dan tak disangka-sangka membuat Simbok dan seluruh keluarga shock. Meski akhirnya merelakan, tetap saja tak mampu mengingkari bahwa ada rasa berat menelisik di hati. Dua luka tembak di dada yang menghantarnya pergi menyisakan gamang di hati.

Ratusan pelayat yang memberikan penghormatan terakhir menjadi saksi hancurnya seorang ibu ditinggal anaknya. Tapi di malam tahlil kedua, mereka juga menjadi saksi betapa tangguhnya Simbok. Beliau menjelma Srikandi dalam perang Bharatayuda. Aba-aba khas beliau sudah memenuhi ruangan ketika persiapan tak kunjung usai padahal warga sudah berdatangan. Senyum pun mengembang pasti dari bibir beliau.

“Tiga hari sebelum meninggal, Apris terlihat putih dan wangi. Kami sampai heran, kok tiba-tiba dia bisa putih seperti itu,” cerita Simbok terbata-bata. Aku memang baru bisa datang malam ini. Diare hebat selama tiga hari ternyata cukup mampu memaksaku untuk berdiam di kos.

“Sampai hari ini, dua hari setelah dia meninggal, kamarnya masih wangi. Mbakmu saja sampai tidak berani masuk ke kamarnya untuk mengambil baju. Semoga ini pertanda dia diterima yo Nduk.” Aku hanya menganggukkan kepala sambil menggenggam tangan Simbok erat. Mbakku adalah kakak ipar Mas Apris.

“Dia itu mau pulang Jum’atan. Memang sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu kalau Jum’atan pasti di rumah. Kecuali kalau sedang tugas jauh. Waktu jam meninggalnya, Simbok seperti melihat Apris berkelebat masuk rumah. Simbok tidak menyangka kalau itu terakhir kalinya Simbok melihat dia.”

“Kemarin sebelum berangkat dia sempat menitipkan Faisal ke Yani. Faisal memang dekat dengan kakak iparnya itu. Tapi ketika itu kami menganggapnya biasa saja.”

Warga terus berdatangan memenuhi aula dan halaman rumah Simbok. Terlihat beberapa polisi di sudut halaman. Beberapa wartawan mondar-mandir mengabadikan momen ini. Dan Simbok, dengan senyum teduhnya terus menyapa tamu yang berdatangan.

Simbok, wanita tangguh ini benar-benar luar biasa. Faisal, putra almarhum, terlihat menggelendot manja pada simbahnya. Faisal memang dekat dengan Simbok. Mungkin karena Faisal juga yang menyebabkan Simbok segera bangkit. Jalan Faisal ke depan masih panjang. Dan Simbok, tentu saja akan menjadi garda depan untuk membukakan jalan bagi Faisal.

Add
* Teriring doa untuk Mas Apris. Semoga Allah menerima semua amal Mas Apris. Saya percaya, Allah telah menentukan yang terbaik bagi kita semua.
* gambar diambil dari sini

Selengkapnya...

Wednesday, January 14, 2009

Dua Sopir, Dua Gaya Menyetir

Senja Jogja, Pukul 17.30.
Bus Kopata no 10x. “Depan kiri Pak”, seorang ibu muda memberi aba-aba pada sopir bus. “Ya Bu, kaki kiri dulu Bu”, Pak Sopir membalas dengan sopan.

“Ndung, ada yang mau turun. Kamu turun dulu. Lihat dari belakang ada motor nggak. Jangan lupa ingatkan ibunya kaki kiri dulu yang turun”. Pak Saridi, sang sopir bus, berteriak mengingatkan Gandung, kernetnya. “Nggih, Pak”, Gandung balas teriak. Aku yang duduk di samping Pak Sopir tersenyum melihat adegan ini. Perhatian sekali Bapak ini. Tak banyak kutemukan sopir bus seperti ini.

Sepertinya Pak Sopir sadar kalau kuperhatikan. “Kernet baru Mba. Jadi saya harus ngajari dulu. Keselamatan penumpang jadi taruhannya”, Pak Sopir menjelaskan tanpa kuminta. “Lho, kernet yang lama kemana Pak”, tanyaku kemudian. “Saya pecat Mbak. Dia sering sembarangan saja menurunkan penumpang. Kasus terakhir, dia menaikkan tarif tanpa sepersetujuan saya. Alasannya tak ada uang kembalian. Saya tidak mau mengambil resiko Mbak. Daripada saya tidak tenang, mending saya ngajari orang baru”, Pak Sopir menjelaskan panjang lebar. Saya tersenyum simpul.

Bus kembali melaju tenang. Elegan sekali cara menyetir Pak Saridi. Saya serasa naik taksi raksasa. Perbincangan terus berlanjut ke banyak hal yang lain. Lebih banyak tentang anak sulung beliau yang beranjak remaja. Ada binar bahagia ketika beliau menceritakan anak-anaknya. Perbincangan sering terputus, karena Pak Saridi harus mengingatkan Mas Gandung banyak hal.

Ketika tiba waktu turun, Mas Gandung sempat berbisik. “Mbak, nilai saya banyak merahnya ya”. Saya tersenyum mendengar gurauannya. “Terus belajar Mas. Njenengan beruntung dapat orang seperti Bapak”, balas saya. “Sip Mbak. Jangan lupa kaki kiri dulu”, Mas Gandung menirukan gaya Pak Saridi. “Sesuai perintah”, saya membalas dengan gaya hormat Jepang. Mas Gandung tertawa renyah. Sempat kulihat Pak Saridi melambaikan tangan.

Bus kembali melaju, meninggalkanku yang tersenyum sendirian. “Ada apa Mbak, kok tersenyum sendiri”, Pak Panji tukang becak menegurku. “Oh, itu Pak. Kernetnya lucu. Monggo Pak”, pamitku sebelum Pak Panji mengajakku berbincang. Beliau susah dipotong kalau sudah cerita. Saya sudah punya janji sama guling untuk segera memeluknya… :)


Jogja pagi hari, pukul 07.45.

Bus Kopata no 3x. “Pak, kiri Pak. Eh, kiri, kiri….”, gadis berbaju putih memberi aba-aba pada kernet. “Kok nggak sekalian tadi to Mbak pas macet. Setelah lampu merah saja sekalian”, sopir bus menggerutu. Gadis berbaju putih itu terlihat kesal. Ya memang cukup jauh dia harus berjalan.

“Suruh cepat Nang. Kejar setoran nih”, teriak sopir bus itu pada kernetnya. “Mbak, cepat-cepat. Lelet banget”, sang kernet setengah mendorong tubuh gadis berbaju putih. Hampir saja gadis itu terjatuh. Saya dan tiga penumpang tersisa mengelus dada. Tiba-tiba saya merindukan sosok Pak Saridi, sopir bus kopata no 10x. Andai semua sopir bus kopata seperti beliau........

Add.
* Semua nama disamarkan demi kebaikan bersama…
* Untuk sopir kantorku, gaya menyetir seperti apakah yang akan ditawarkan untuk 2009? Apapun pilihan gayanya, mematuhi rambu-rambu lalu lintas adalah pilihan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Bukan begitu…(jangan jawab bukan ya… :)).
*gambar diambil dari sini.
Selengkapnya...

Sunday, January 11, 2009

Saya Sedang Bahagia




Apa yang Anda rasakan ketika Anda mendapat hadiah. Apalagi jika itu adalah hadiah special dan
diberikan khusus untuk
Anda. Plus hadiah itu diberikan pada saat Anda membutuhkannya. Bahagia, jelaslah. Serasa dunia menjadi milik kita seorang. Itulah yang saya rasakan tadi malam. Hmmm, sampai bingung mendeskripsikan rasanya.

Singkatnya seperti ini. Beberapa waktu terakhir, mood saya berubah-ubah dalam kurun waktu cepat. Sampai salah satu teman protes. Aura saya berubah-ubah terus katanya. Pagi berwarna coklat, siang tiba-tiba berubah menjadi perak sampai sore, malamnya bisa kembali lagi ke warna coklat.

Saya tidak faham apa maksudnya kata-kata teman saya tadi. Yang jelas, itu semua saya sadari dan memang ada penyebabnya. Ada masalah yang cukup menguras energi. Sudah dapat trik untuk mengatasi sebenarnya. Tapi karena akar masalahnya belum terselesaikan, jadinya seperti itu. Mirip kondisi langit akhir-akhir ini. Pagi sampai siang cerah, tiba-tiba datang mendung menggelayut. Terkadang hujan datang menyertai, terkadang hanya gerimis menyapa. Tapi bisa juga mendung tiba-tiba menghilang, menampilkan wajah manis langit dalam balutan biru teduhnya.

Nah, tadi malam terasa betul dampaknya. Saya seperti mentok, nggak tahu harus berbuat apa. Sudah bisa ditebak, saya jadi cengeng (kalau ini asli cengeng, bukan gembeng.. J). Saya jadi rindu pelangi. Tapi mana mungkin dia hadir. Dari kemarin langit cerah. Dari pada bengong nggak karuan di kamar, saya memilih mengambil pakaian kotor walau jam telah menunjuk pada angka 22.30. Mencuci sepertinya akan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Siapa tahu datang keajaiban. Para kurcaci dari negeri dongeng datang misalnya, menemani dengan tingkah lucu mereka.

Begitu keluar kamar, saya disambut pemandangan luar biasa di langit. Langit cerah, tersapu awan sedikit saja, berhias bulan dan bintang. Yang paling menakjubkan adalah, ada lingkaran warna-warni mengelilingi sang rembulan. Mungkin pelangi mendengar pinta saya. Walau tak mungkin hadir dalam bentuk aslinya, dia menampakkan diri dalam rupa senada.

Yang membuat saya heran adalah biasanya peristiwa seperti ini hanya sebentar saja bisa saya nikmati. Tapi ini menyalahi kebiasaan. Dia bertahan lama dalam bentuk lingkaran besar. Setelah itu memang memudar dan berganti lingkaran kecil warna-warni mengelilingi sang rembulan. Tapi yang lebih menakjubkan adalah lingkaran yang terbentuk bukan hanya satu lapis warna-warni. Lapis yang terbentuk mirip sekali dengan lapis pelangi. Wow, how great.

Kondisi ini bertahan sampai saya selesai mencuci. Meskipun sesekali memudar, tapi setelah itu dia terlihat berusaha kembali ke bentuk terindahnya. Hmm, saya sampai berkesimpulan kalau dia sengaja hadir menemani saya mencuci malam ini. Karena setelah selesai mencuci, awan berarak tiba-tiba hadir dan langsung menutup wajah langit. Begitu cepat perubahannya. Dan saya-pun mengucapkan terima kasih sebelum menutup kamar dan tidur dengan bersunggingkan senyuman. Terima kasih Allah untuk hadiah indahnya.

Nah, berhubung saya sedang bahagia, saya ingin menularkan kebahagiaan saya pada yang lain. Bukan dengan cara yang sama. Saya nggak punya kemampuan untuk itu. Saya berbagi hadiah yang lain saja. Beberapa waktu lalu saya mendapat hadiah dari Mas Arief Maulana, Mbak Linggawati dan Mas Aruta. Hadiah dari merekalah yang akan saya bagi-bagi. Hadiahnya berupa award. Sementara ini saya ingin berbagi pada 10 blogger dulu. Mereka yang ketiban sampur (layak mendapat award) adalah :

1. Mas Guru Yainal, orang pertama yang menyadarkan saya keajaiban dunia maya

2. Pak Guru Joko, orang yang berhasil memaksa saya mengambil pilihan untuk bertindak.

3. Mas Guru Arief Maulana, orang yang setia menemani, menyemangati dan menunjukkan how to-nya.

4. Pak Guru Sawali, tempat berguru ilmu kasusastran.

5. Mas Guru GerRilyawan, tempat bergerilya kala resah melanda ( halah...). blog gaya nyentriknya bikin mumet ilang.

6. Mbak Guru Icha, sementara ini menjadi blogger wanita terbaik versi saya. blognya dinominasikan sebagai salah satu BLOG PENDATANG BARU TERBAIK versi PESTA BLOGGER 2007

7. Mas Guru Isnaini 'n the geng, tempat berguru all about blogging.

8. Pak Guru Rohman, tempat berguru otak-atik tampilan blog.

9. Mas Guru Hengky, dunia nggak cerah tanpanya.

10. Mas Guru Agung Jatnika, tempat diam-diam mencuri ilmu. diikhlaskan ilmunya ya bos..

Saya ketika mendapat award dibekali pe-er. Nah, khusus mereka saya tidak akan memberi pe-er apapun. Saya hanya ingin memberikan saja. Karena mereka memang layak mendapatkannya. Mereka adalah guru-guru saya di dunia online. Dengan keilmuan dan keunikan masing-masing, mereka menjadi top teacher saya. Masih ada beberapa nama yang menjadi tempat saya berguru. Tapi karena jatah hadiahnya terbatas, lain kali mungkin bisa diberikan lagi… J.

Selamat untuk para penerima award. Sebelum berpisah, saya ingin mengerjakan pe-er yang diberikan oleh Mas Arief dan Mbak Lingga.


1. Dari mana blog kalian berasal

Dari blogger, pengembangan dari blog wp gratisan yang kena suspend sesaat setelah lahir… J

2. kapan dilahirkannya

Dilahirkan di 6 desember 2008, diiringi rintik hujan yang perlahan menetes di bumi Jogja. Plus sedekah air mata untuk seorang wanita yang sedang terluka hatinya. Makanya postingan pertamanya adalah "Menjadilah Wanita"

3. Kesulitan apa saja saat membuat blog ini

Kesulitannya banyak karena saya belum pernah buat blog sendiri. Tapi meyenangkan kok. asli..... mengikuti proses belajar yang setengah dipaksa. haha.. dan rasanya exciting banget ketika berhasil lahir blognya. Semakin asyik ketika terpaksa belajar ke sana kemari untuk maintenance blog. Saat paling mendebarkan, saat berhasil membuat fasilitas read more. Itu fasilitas tambahan pertama yang berhasil saya pasang. Rasanya pengen teriak, tapi takut digebukin orang banyak. He, waktu itu bikinnya di area hotspot satu bisnis centre di Jogja… J

4. Mengapa membahas topik yang kalian bahas sekarang

Karena dari dulu soulnya di situ. plus memenuhi kewajiban untuk menyebarkan ilmu yang didapatkan....

5. Kenapa tampilan blog menggunakan template ini

Feel-nya dapet. Saya suka hal-hal yang berbau klasik. Dan kebetulan bersama beberapa teman sedang dalam gerakan memamerkan batik dan lurik. so....

6. Apa yang pertama kalian lakukan saat blog ini baru jadi

Menyiapkan 8 artikel awal untuk launching, promosi plus belajar ke sana kemari untuk memperbaiki tampilan dan menambah fasilitas. seru deh.....

Nah, karena pe-er sudah selesai, saya pun pamit undur. Sampai jumpa di postingan selanjutnya………….

Add :

*To Mas Arief, Mbak Lingga dan Mas Aruta : Mas, Mbak, akhirnya pe-ernya tergarap. Walau semaunya sendiri nggarapnya.….. :)

*gambar halo diambil dari sini




Selengkapnya...