Wednesday, January 14, 2009

Dua Sopir, Dua Gaya Menyetir

Senja Jogja, Pukul 17.30.
Bus Kopata no 10x. “Depan kiri Pak”, seorang ibu muda memberi aba-aba pada sopir bus. “Ya Bu, kaki kiri dulu Bu”, Pak Sopir membalas dengan sopan.

“Ndung, ada yang mau turun. Kamu turun dulu. Lihat dari belakang ada motor nggak. Jangan lupa ingatkan ibunya kaki kiri dulu yang turun”. Pak Saridi, sang sopir bus, berteriak mengingatkan Gandung, kernetnya. “Nggih, Pak”, Gandung balas teriak. Aku yang duduk di samping Pak Sopir tersenyum melihat adegan ini. Perhatian sekali Bapak ini. Tak banyak kutemukan sopir bus seperti ini.

Sepertinya Pak Sopir sadar kalau kuperhatikan. “Kernet baru Mba. Jadi saya harus ngajari dulu. Keselamatan penumpang jadi taruhannya”, Pak Sopir menjelaskan tanpa kuminta. “Lho, kernet yang lama kemana Pak”, tanyaku kemudian. “Saya pecat Mbak. Dia sering sembarangan saja menurunkan penumpang. Kasus terakhir, dia menaikkan tarif tanpa sepersetujuan saya. Alasannya tak ada uang kembalian. Saya tidak mau mengambil resiko Mbak. Daripada saya tidak tenang, mending saya ngajari orang baru”, Pak Sopir menjelaskan panjang lebar. Saya tersenyum simpul.

Bus kembali melaju tenang. Elegan sekali cara menyetir Pak Saridi. Saya serasa naik taksi raksasa. Perbincangan terus berlanjut ke banyak hal yang lain. Lebih banyak tentang anak sulung beliau yang beranjak remaja. Ada binar bahagia ketika beliau menceritakan anak-anaknya. Perbincangan sering terputus, karena Pak Saridi harus mengingatkan Mas Gandung banyak hal.

Ketika tiba waktu turun, Mas Gandung sempat berbisik. “Mbak, nilai saya banyak merahnya ya”. Saya tersenyum mendengar gurauannya. “Terus belajar Mas. Njenengan beruntung dapat orang seperti Bapak”, balas saya. “Sip Mbak. Jangan lupa kaki kiri dulu”, Mas Gandung menirukan gaya Pak Saridi. “Sesuai perintah”, saya membalas dengan gaya hormat Jepang. Mas Gandung tertawa renyah. Sempat kulihat Pak Saridi melambaikan tangan.

Bus kembali melaju, meninggalkanku yang tersenyum sendirian. “Ada apa Mbak, kok tersenyum sendiri”, Pak Panji tukang becak menegurku. “Oh, itu Pak. Kernetnya lucu. Monggo Pak”, pamitku sebelum Pak Panji mengajakku berbincang. Beliau susah dipotong kalau sudah cerita. Saya sudah punya janji sama guling untuk segera memeluknya… :)


Jogja pagi hari, pukul 07.45.

Bus Kopata no 3x. “Pak, kiri Pak. Eh, kiri, kiri….”, gadis berbaju putih memberi aba-aba pada kernet. “Kok nggak sekalian tadi to Mbak pas macet. Setelah lampu merah saja sekalian”, sopir bus menggerutu. Gadis berbaju putih itu terlihat kesal. Ya memang cukup jauh dia harus berjalan.

“Suruh cepat Nang. Kejar setoran nih”, teriak sopir bus itu pada kernetnya. “Mbak, cepat-cepat. Lelet banget”, sang kernet setengah mendorong tubuh gadis berbaju putih. Hampir saja gadis itu terjatuh. Saya dan tiga penumpang tersisa mengelus dada. Tiba-tiba saya merindukan sosok Pak Saridi, sopir bus kopata no 10x. Andai semua sopir bus kopata seperti beliau........

Add.
* Semua nama disamarkan demi kebaikan bersama…
* Untuk sopir kantorku, gaya menyetir seperti apakah yang akan ditawarkan untuk 2009? Apapun pilihan gayanya, mematuhi rambu-rambu lalu lintas adalah pilihan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Bukan begitu…(jangan jawab bukan ya… :)).
*gambar diambil dari sini.

17 comments:

  1. Sopir yg pertama bisa dimasukkan dalam kategori guru teladan tuh. Jarang ada orang kaya gitu.

    ReplyDelete
  2. gaya menyetir pak saridi dan gaya kernet mas gandung agaknya mulai angka di negeri ini, mbak lintang. alasan kejar setoran seringkali mengubah perangai mereka jadi kehilangan sosok kemanusiaannya. wah, postingan reflektif yang mencerahkan.

    ReplyDelete
  3. to Mas Purwaka
    terima kasih............

    to Mas Arief
    kita beri award khusus yuk.....

    to Pak Sawali
    iya Pak. dari sekian waktu di Jogja, baru ketemu sopir sekeren Pak Saridi. semoga bermunculan Pak Saridi-Saridi muda....

    ReplyDelete
  4. semua sebenarnya memiliki tatakrama dan etika; sudah banyak contoh mengapa harus mendahulukan kakikiri (turun dari bus / mau masuk kamar mandi); dan semua ada pelajarannya; kalau mau belajar :)

    ReplyDelete
  5. yup, betul Kang. semoga kita termasuk golongan orang yang mau belajar ya. nuhun......

    ReplyDelete
  6. emang klo turun bus harus kaki kiri dulu ya? knp ya? :)

    ReplyDelete
  7. Blog lu imut ya :D cantik juga :P

    ReplyDelete
  8. to Mas Aruta
    kata Mas Gandung biar timbangan amalnya lebih banyak di bisnya Mas. lhoo, apa hubungannya...
    biar nggak nyungsep dhing...

    to anonymus
    makacih....makacih...makacih....

    ReplyDelete
  9. sungguh, pembawaan seseorang sangat beraneka ragam. beruntung sekali memiliki pengalaman yang unik di luaran sana. artikel ini mengingatkan saya pada sikap-sikap kepribadian.

    di tunggu kisah selanjutnyua

    ReplyDelete
  10. to Mas Fadly
    sungguh, beruntung juga mendapat teman baru. terima kasih untuk kunjungannya. semoga bisa saling berbagi pengalaman unik lainnya. kisah selanjutnya, IA sebentar lagi naik tayang.....

    ReplyDelete
  11. Waduh.. jarang banget yang mirip pak saridi.. kadang2 malah busnya asal berhenti gak pake riting.. gemes jadinya..

    ReplyDelete
  12. to Mas Danta
    berarti beruntung sekali ya saya bisa menemukan Pak Saridi. semoga njenengan dipertemukan dengan Pak Saridi-Pak Saridi yang lain deh Mas. biar gemesnya ilang...

    ReplyDelete
  13. Oh, sungguh mulia Pak Saridi ini, Anak2nya pasti bangga punya bapak seperti beliau,
    Semoga sopir2 di Indonesia bisa seperti Pak Saridi ya Mbak

    Main2 juga ke tempatku Mbak?

    ReplyDelete
  14. semoga....

    oke Mas, segera meluncur ke sana

    ReplyDelete
  15. kalo gak jalur 7 ya jalur 10 mbak yang suka gt ato jalur 2... hehehe
    aku pernah jg ngalamin kaya gt sewaktu sekolah dulu... banyak suka dukanya naik kopata jalur 3..
    salam

    ReplyDelete
  16. tapi dulu aku lebih suka naik kopata drpd naek motor kalo lg ndak kesusu...
    banyak temen...
    ketemu macem2 orang,..
    copet jugak...
    komplit jadi satu berdesakan dalam satu bis, kadang malah sering menggelantung di pintu kalo g dapat tpt duduk...

    ReplyDelete