Monday, March 22, 2010

Wanita-wanita Perkasa in Action : Belajar Bisnis di Pondok Cabe

Pondok Cabe di remang senja. Warna keperakan mulai menghiasi langit. Ini adalah senja yang indah. Siapapun pasti menyepakati ini. Tapi benarkah ini adalah sesuatu yang perlu disepakati? Bukankah senja yang indah bukanlah kasus Bank Century yang perlu dicari kesepakatannya seperti apa yang dilakukan oleh para anggota dewan itu? Ah, tentu saja tidak. Untuk mengatakan bahwa ini adalah senja yang indah kita tak perlu menonton pertengkaran para politisi itu. Cukup tengok langit, edarkan pandangan ke sekelilingmu, dan engkau akan menemukan alasan yang lebih dari cukup untuk mengatakan bahwa ini adalah senja yang indah.

Jadi, bukankah ini senja yang indah? Yup, senja yang indah di kota yang indah. Dan semestinya semua terlihat indah. Tapi sebentar… apakah setitik air mata juga termasuk dalam kategori sesuatu yang indah? Karna lihatlah. Di sudut ruangan ini, ada titik air mata yang menitik pelan dari sepasang mata yang meredup. Sepasang mata milik seorang gadis yang duduk mencangkung di meja paling sudut. Dari tempatnya duduk dia bisa dengan leluasa mengamati pergerakan rumah makan ini. Dan dari tempatnya pula ia dengan leluasa menyembunyikan titik air mata dari orang-orang yang ingin menikmati senja indah di Pondok Cabe ini. Hmm, bukankah ini adalah ketrampilan yang sangat elok?


Kamu tak ‘kan pernah mendapatkan cinta
Cinta seperti yang aku berikan kepada kamu
Kamu nanti pasti ‘kan menyadarinya
Saat aku tak lagi ada

Cinta ini cinta yang tak perlu
Mendapatkan balasan cinta
Meski hatiku perih
Menahan cinta yang terluka
Cinta yang buatku bertahan
Meski ada air mata

Cinta ini cinta yang tak ‘kan tergantikan
Cinta ini cinta yang tak ‘kan tergantikan

Cinta yang buatku bertahan
Meski ada air mata
Meski ada air mata
Meski ada air mata
…………………………………………..


Suara khas Mulan Jameela mengalun memenuhi ruangan temaram. Adakah lagu itu yang membuat gadis itu menangis? Cinta Mati 3 memang begitu menyentuh liriknya. Kemampuan Mulan mengeksplor teknik vokalnya membuat lagu ini begitu hidup. Mampu membawa kita ke lorong kesedihan yang sama. Tapi betulkah sedih? No, no…lagu ini bukan tentang kesedihan. Tapi justru tentang kemenangan. Kemenangan terhadap keposesifan. Ketika cinta tak lagi menuntut balas. Ketika cinta adalah darma terhadap cinta itu sendiri. Ketika cinta telah merasa cukup dengan cinta itu sendiri.

Gadis itu menegakkan kepalanya. Coba dihalaunya air yang menitik dari matanya. Tapi setiap kali dihapus, titik selanjutnya telah membasahi wajah sendunya. Tepat ketika serombongan wanita muda menuju ke arahnya, tetes terakhir air mata berhasil dihapusnya. Bersunggingkan senyum, dijabatnya erat tangan-tangan yang tiba-tiba telah terangsur di depannya.

“Halo Jeng, sudah lama menunggu ya..maafkan, tadi kakangmu pake rewel segala. Tahu istrinya mau pergi, trus membuat permintaan macem-macem…”

“Iya, tadi suamiku juga minta dibuatin sandwich dua rasa dulu. Aduh, ada-ada saja deh. Katanya membolehkan kita belajar, tapi setiap jadwalnya mau belajar malah minta yang aneh-aneh. Laki-laki memang aneh.”

“Hehe…, ndak papa para Mbakyu. Saya juga belum begitu lama. Baru sempat menikmati satu lagu dari Mbakyu Mulan. Penyanyi yang lain belum naik panggung kok…”

“Oya…bagaimana kalau sekarang kita ja yang naik panggung. Itung-itung untuk menebus telatnya kami…”

“Oh, terima kasih…Ndak perlu repot-repot…karena saya ndak mau semakin direpotkan oleh kalian. Nanti kalau pengunjung lain pada menuntut dibawa ke dokter THT semua gimana…”

“Hehe…iya deh. Jadi, kita belajar apa sore ini…”

“Sore ini kita akan belajar cara penyajian hidangan dengan menggunakan peralatan yang etnis. Harapan saya ini akan membantu panjenengan semua memperoleh ide untuk tata penyajian di warung makannya masing-masing.”

“Kita akan belajar sama siapa Jeng? Saya tidak melihat ada gurunya. Apa belum datang?”

“Oh, untuk sore ini kita akan belajar secara special. Kita akan belajar langsung pada guru-guru yang sangat professional. Coba lihat ke seberang sana. Lihat pada serombongan pasukan berseragam yang hilir mudik membawa makanan itu..”

“Maksudnya para pramusaji itu? Mereka yang akan jadi gurunya?”

“Yup, bukankah mereka guru yang sarat pengalaman? Jadi, bagaimana kalau kita segera mulai proses belajarnya. Langkah awalnya adalah, Mbakyu Lita, minta tolong kita dipesankan minuman dulu. Di sini ada minuman yang sangat enak. Es kunir asem dan es beras kencur. Saya biasanya pesan itu. Untuk sekarang saya mau pesan es kunir asem.”

“Yang lain apa?”

“Akur aja. Es kunir asem sepertinya pilihan yang menarik..”

“Nah, tugasnya adalah mengamati proses penyajian minuman oleh pramusaji. Mulai dari penampilan pramusajinya, cara pramusaji menyajikan dan menata di meja, dan peralatan yang digunakan. Poin penting ada pada peralatan yang digunakan. Karena tempat ini mengambil pilihan yang sangat menarik untuk alat-alat sajinya. Kita akan bagi tugas. Mbak Dian akan mengamati penampilan pramusaji. Mbak Dina mengamati cara pramusaji menyajikan dan menata di meja. Dan terakhir, Mbak Lita dan Mbak Sri akan mengamati peralatan yang digunakan. Nanti kita akan mendiskusikan hasil pengamatannya.”

“Jeng, apa kita tidak pesan makanan? Hihi, aku laper..?”

“Oh, boleh. Silahkan pilih menunya. Seperti biasa, ini pembelajaran mandiri. Jadi, silahkan disesuaikan dengan uang di dompet masing-masing. Hehe…”

Maka senja di Pondok Cabe saat itu benar-benar menjadi senja yang indah. Karena ada diskusi seru di salah satu sudut ruang. Serombongan wanita muda yang begitu bersemangat meningkatkan kapasitas dirinya. Karena mereka menyadari, jika tidak berusaha untuk menegakkan dirinya, langkah-langkahnya, lantas bagaimana bisa mendukung gerak pejuang yang didampinginya?



”Di balik keberhasilan para pejuang, di sana ada keperkasaan wanita agung yang dengan kelembutannya mampu menjelmakan kekuatan luar biasa. Wahai wanita, jadilah wanita agung, jadilah wanita sejati. Sejatining wanita kang bisa ngalahke angkara”


Note :
  • Terima kasih untukmu. Belahan jiwa yang suluh api cintanya senantiasa menghangatkan kalbu, memacu semangat untuk berpacu, menjadi yang terbaik. Kuyakini tulus doa senantiasa melingkupi hari.
  • Jika kau disampingku nanti, kuharap kau berikan ijinmu padaku untuk meneruskan proses pembelajaran ini. Lho, kok masih ngarep… hehe…

8 comments:

  1. Wow, what a great posting Mb, keren banget! sebuah tulisan sarat makna pembelajaran. Thx.

    ReplyDelete
  2. just a small think to remind myself Mba..terima kasih juga, ternyata engkau masih bersamaku...

    ReplyDelete
  3. hmm... diksi yang menarik, so sweet :D
    wanita perkasa bukanlah karena kekuatannya tapi karena kelemahannya, katanya sih.. hehe.. met berpuisi

    ReplyDelete
  4. wanita-wanita kalau bersatu memang dahsyat...wah saya lama nggak main kesini mbak ona...blog pub lama gak diupdate...lagi agak "kosong" nih hahaha....

    ReplyDelete
  5. tentu aq masih mengikuti mu mba, since i decided to follow you toh...:-)

    ReplyDelete
  6. luar biasa, mbak lintang. kaum perempuan sangat dimuliakan dalam ajaran agama apa pun. semoga kaum perempuan indonesia benar2 sanggup menjalankan fitrahnya sbg pencerah peradaban.

    ReplyDelete
  7. Sip mbak lintang, sangat inspiratif.
    Salam kenal yaa

    ReplyDelete